Ahad 20 Jan 2019 12:18 WIB

Kisah Menjadi Penyuluh Agama

Penyuluh agama diibaratkan sebagai anak sulung dalam keluarga.

Rep: Muhyiddin/Rahmat Fajar/ Red: Agung Sasongko
Mengajar Iqra Di Sebira, Jejak Penyuluh Agama Di Pulau Jaga Utara
Foto: Dok. Istimewa
Mengajar Iqra Di Sebira, Jejak Penyuluh Agama Di Pulau Jaga Utara

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Abdul Aziz menjadi penyuluh agama sejak 2016 di Keca mat an Paken jeng, Garut, Ja wa Barat. Lulusan Fakultas Syariah UIN Sunan Gunung Jati Bandung ini memiliki prinsip agar dia bermanfaat bagi orang lain. Prinsip tersebut menjadi alasan pemuda 26 tahun ini mendaftarkan diri sebagai penyuluh agama.

Dia berniat menimba pengalaman sebagai dai Kemenag. Lulusan perguruan tinggi Islam ini terdorong untuk ikut mendampingi masyarakat di bidang agama. Aziz meng ikuti proses seleksi, mulai dari administrasi hingga wawancara.

Statusnya kini masih honorer. Namun, dia tak mengeluh meski gaji yang didapatkannya jauh dari kata cukup. Dia tetap bersemangat walaupun harus menempuh harus berkeliling ke dua desa menjalankan tugasnya. "Kalau pa kai kendaraan, pendataanpen dataan tempat ibadah, pendidikan agama bisa memakan wak tu 1,5 jam. Tapi, kami ada jadwal seminggu berapa kali gitu," ujar nya menceritakan tugasnya.

Aziz menyebutkan, penyuluh agama diibaratkan sebagai anak sulung dalam keluarga. Dia menjadi orang yang paling dekat dengan masyarakat. Untuk itu, penyuluh agama memiliki tugas sebagai penerangan masyarakat dan menyampaikan materi-ma teri agama serta sosial.

Selain itu, penyuluh terkadang dilibatkan menyampaikan informasi dari pemangku kepen tingan lain. Contohnya, Kementerian Komunikasi dan Informatika. Namun, informasi tersebut kerap masih berkaitan dengan materi keagamaan. "Jadi, penyuluh menyampaikan materi bukan hanya agama, tapi lebih luas," katanya.

Penyuluh agama, lanjutnya, harus mampu mendekatkan diri dengan elemen manapun. Karena itu, di setiap momentum, seperti maulid nabi hingga khitanan, kehadiran penyuluh diperlukan. Dia menjelaskan, penyuluh agama bertugas menetralkan atau menengahi beragai pemahaman ter sebut agar tidak terjadi kon flik. Oleh karena itu, penyuluh wajib menguasai banyak materi, baik keagamaan, sosial, ekonomi maupun politik.

Aziz menjelaskan, majelis tak lim, organisasi kepemudaan, dan anak adalah sasaran dari penyuluh agama. Dia menyampaikan berbagai informasi yang datang dari pemerintah pusat serta bim bingan keagamaan. Selain itu, in formasi disampaikan langsung ke pada MUI ataupun pengurus masjid.

Ayah satu anak ini menyadari, pekerjaannya sebagai penyuluh agama tidak mencukupi untuk me menuhi kebutuhan sehariharinya. Mengajar di pesantren serta bisnis bersama keluarganya adalah cara agar dia mampu menghidupi keluarganya. Kendati demikian, Aziz memastikan pekerjaannya sebagai penyuluh tak terganggu oleh pekerjaan sampingan lainnya. Dia berharap pemerintah memperhatikan kesejahteraan para penyuluh agama.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement