REPUBLIKA.CO.ID, MATARAM -- Dewan Pimpinan Daerah (DPD) Asosiasi Perusahaan Perjalanan Wisata Indonesia atau Association of the Indonesian Tours and Travel Agencies (ASITA) Nusa Tenggara Barat (NTB) meminta pemerintah pusat mampu menekan tingginya harga tiket pesawat.
Ketua DPD Asita NTB Dewantoro Umbu Joka mengatakan, tingginya harga tiket pesawat pada musim sepi kunjungan atau low season sangat berpengaruh bagi sektor pariwisata di Lombok.
"Itu sangat mengganggu. Kunjungan wisatawan ke NTB, khususnya Lombok pasti terdampak," ujar Umbu di Mataram, NTB, Senin (21/1).
Umbu berharap pemerintah memiliki solusi atas tingginya harga tiket pesawat. Menurutnya, sarana transportasi udara memegang peranan penting bagi sektor pariwisata di Lombok. Terlebih, sektor pariwisata sedang berjuang untuk kembali normal pascagempa yang melanda pada pertengahan tahun lalu.
"Kami sangat mengharapƙan (bantuan) apa lagi NTB pascagempa ini butuh total pemulihan dari pemerintah pusat. Salah satu yang kita harapkan maskapai bantu, dan ada harga (pesawat) khusus ke NTB," kata Umbu.
Umbu membandingkan, harga tiket pesawat ke pulang-pergi (PP) dari Jakarta ke Lombok dengan Lion Air berkisar di angka Rp 2 juta tanpa bagasi, sedangkan Garuda Indonesia berkisar Rp 3,8 juta hingga Rp 4 juta.
"Kalau kita bandingkan, tiket pesawat ke luar negeri PP itu paling Rp 1 juta sudah dapat," kata Umbu.
Umbu menilai, tingginya harga tiket pesawat tak hanya berdampak bagi sektor pariwisata seperti perhotelan dan restoran, namun juga berpengaruh terhadap tingkat pendapatan pelaku UMKM dan oleh-oleh yang ada di Lombok.
"Kalau begini, calon wisatawan akan berpikir dua kali kalau mau datang ke Lombok," ucap Umbu.
Umbu menambahkan, DPD Asita NTB dan juga DPD Asita di seluruh Indonesia telah menyampaikan keluhan ini kepada Dewan Pimpinan Pusat (DPP) Asita agar segera ditindaklanjuti.
Sales Executive Arianz Hotel Mataram, Dayu Dani mengatakan, tingginya harga tiket pesawat tentu akan berimbas bagi sektor pariwisata di Lombok, termasuk hotel-hotel yang ada di Mataram. Dayu menilai, harga tiket pesawat menjadi salah satu pertimbangan bagi wisatawan saat hendak berlibur ke suatu tempat.
Menurut Dayu, kenaikan harga tiket pesawat merupakan hal yang wajar karena manajemen maskapai juga memiliki pertimbangan bisnis. Namun, dia katakan, kenaikan harga tiket pesawat terjadi saat low season dan Lombok sedang dalam masa pemulihan.
"Sekarang okupansi kamar paling 30 persen, semoga ada solusi dari tingginya harga tiket pesawat agar sektor pariwisata Lombok kembali normal," kata Dayu.
Baca: Luhut: Pemerintah tak Bisa Intervensi Pasar Tiket Pesawat