Selasa 22 Jan 2019 16:40 WIB

Haedar Beberkan Rahasia Tradisi Keilmuan Muhammadiyah

Muhammadiyah selalu terbuka terhadap berbagai pemikiran.

Rep: Novita Intan/ Red: Nashih Nashrullah
Ketua Umum PP Muhammadiyah Haedar Nashir saat memberikan kuliah umum bertemakan
Foto: Republika/Putra M. Akbar
Ketua Umum PP Muhammadiyah Haedar Nashir saat memberikan kuliah umum bertemakan

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Memasuki abad kedua, Muhammadiyah senantiasa terus memelihara tradisi keilmuan yang dikembangkan KH Ahmad Dahlan sejak awal. Bagi Muhammadiyah, memajukan kehidupan peradaban adalah dengan ilmu  lantaran pendidikan menjadi prioritas.   

Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Haedar Nashir menjelaskan bagaimana Persyarikatan yang bercorak pembaru ini bisa tetap eksis, karena dari dulu sampai saat ini tetap konsisten dengan sikap kritis terhadap realitas sosial dan menjawabnya dengan gerakan nyata. 

Dalam membangun gerakan sosial, Muhammadiyah kata Haedar, tidak lepas dari diskursus di dalamnya. “Tradisi berdiskusi bukan hal baru di Muhammadiyah,” jelas Haedar dalam keterangan tulis yang diterima Republika.co.id, Selasa (22/1).   

Hal itu, katanya, sudah biasa dilakukan KH Ahmad Dahlan. Bahkan dialog itu tidak hanya dilakukan sebatas  dengan sesama umat Islam, tetapi juga dengan berbagai golongan agama maupun paham yang berbeda.   

Berdialog dengan orang yang berbeda keyakinan tidak selalu berarti bersepaham. Kader Muhammadiyah, diharapkan terbuka terhadap berbagai perbedaan  pemikiran sebagai sebuah tradisi keilmuan. “Muhammadiyah itu sejak awal selalu menjunjung tinggi keilmuan,” kata Haedar.   

Dia menyebutkan Alquran surah Az-Zuamar ayat ke-18 telah mengajarkan kepada terbuka terhadap perbedaan pendapat untuk kemudian  mengambil yang terbaik.   

Menurut dia, dalam memelihara tradisi akal itulah Muhammadiyah selalu terbuka terhadap berbagai pemikiran. 

Haedar menegaskan tidak boleh ada di Muhammadiyah kegiatan keilmuan  dihalang-halangi karena alasan perbedaan paham. 

“Tidak boleh lagi ada kegiatan keilmuan di Muhammadiyah yang dihalangi,” tegasnya.   

 

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
يَسْتَفْتُوْنَكَۗ قُلِ اللّٰهُ يُفْتِيْكُمْ فِى الْكَلٰلَةِ ۗاِنِ امْرُؤٌا هَلَكَ لَيْسَ لَهٗ وَلَدٌ وَّلَهٗٓ اُخْتٌ فَلَهَا نِصْفُ مَا تَرَكَۚ وَهُوَ يَرِثُهَآ اِنْ لَّمْ يَكُنْ لَّهَا وَلَدٌ ۚ فَاِنْ كَانَتَا اثْنَتَيْنِ فَلَهُمَا الثُّلُثٰنِ مِمَّا تَرَكَ ۗوَاِنْ كَانُوْٓا اِخْوَةً رِّجَالًا وَّنِسَاۤءً فَلِلذَّكَرِ مِثْلُ حَظِّ الْاُنْثَيَيْنِۗ يُبَيِّنُ اللّٰهُ لَكُمْ اَنْ تَضِلُّوْا ۗ وَاللّٰهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيْمٌ ࣖ
Mereka meminta fatwa kepadamu (tentang kalalah). Katakanlah, “Allah memberi fatwa kepadamu tentang kalalah (yaitu), jika seseorang mati dan dia tidak mempunyai anak tetapi mempunyai saudara perempuan, maka bagiannya (saudara perempuannya itu) seperdua dari harta yang ditinggalkannya, dan saudaranya yang laki-laki mewarisi (seluruh harta saudara perempuan), jika dia tidak mempunyai anak. Tetapi jika saudara perempuan itu dua orang, maka bagi keduanya dua pertiga dari harta yang ditinggalkan. Dan jika mereka (ahli waris itu terdiri dari) saudara-saudara laki-laki dan perempuan, maka bagian seorang saudara laki-laki sama dengan bagian dua saudara perempuan. Allah menerangkan (hukum ini) kepadamu, agar kamu tidak sesat. Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.”

(QS. An-Nisa' ayat 176)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement