Jumat 25 Jan 2019 04:03 WIB

Kisruh di Venezuela, Listrik di Kedubes AS Terancam Diputus

AS mengakui Guaido sebagai pemimpin sah Venezuela.

Rep: Adinda Pryanka/ Red: Teguh Firmansyah
Nicolas Maduro
Foto: EPA-EFE/Miguel Gutierrez
Nicolas Maduro

REPUBLIKA.CO.ID,  CARACAS -- Pejabat Partai Sosialis Venezuela mengancam akan mematikan listrik Kedubes AS. Ancaman ini disampaikan di tengah pertikaian kekuasaan yang meningkat di Venezuela.

Presiden Venezuela Nicolas Maduro memutus hubungan diplomatik dengan AS pada Rabu (23/1). Kebijakan tersebut dibuatnya setelah Presiden AS Donald Trump secara terbuka mendukung Juan Guaido dari oposisi sebagai pemimpin Venezuela yang sah.

Manduro meminta agar diplomat AS di Venezuela segera meninggalkan negara dalam waktu 72 jam.

Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo menanggapi pernyataan Maduro dengan mengatakan, AS tidak akan pernah mengakui rezim Maduro. Oleh karena itu, Pompeo juga memastikan tidak akan menarik stafnya di Venezuela.

Baca juga, Mengapa AS Terus Ngotot Ingin Jatuhkan Maduro.

Keputusan Pompeo membuat sekutu dekat Maduro, Diosdado Cabello, ikut berkomentar yang bernada mengancam. "Mereka (AS) bilang tidak mengenal Nicolas (Maduro). Baik. Mungkin, listrik akan padam di lingkungan itu (kedubes Amerika di Venezuela) atau gas tidak akan tiba. Jika tidak ada hubungan diplomatik, tidak ada masalah," ujarnya seperti dilansir di Japan Times, Kamis (24/1).

Batas waktu yang diberikan Maduro bagi AS untuk menarik stafnya akan berakhir pada Sabtu (26/1) sore waktu setempat. Penolakan terhadap evakuasi ini sekaligus akan menguji reaksi Maduro dan apakah dia bersedia menggunakan kekuatan untuk mencoba mengusir staf kedubes Amerika dari Venezuela.

Perintah Maduro diketahui berpotensi memicu reaksi keras dari AS, termasuk sanksi yang lebih keras. AS telah mempersiapkan kemungkinan sanksi terhadap industri minyak. Bahkan, pada Rabu (23/1), Trump mengatakan tidak akan memungkiri akan adanya opsi militer.

Ancaman di area kedubes AS ini seakan menjadi puncak konflik dramatis di negara yang dulunya dikenal sebagai negara terkaya di Amerika Selatan itu.

Guaido, presiden Majelis Nasional yang didominasi oposisi, mengatakan, konstitusi negara menjadikannya sebagai presiden karena tidak ada kepala eksekutif yang sah. Klaim ini didukung penuh oleh AS.

Wapres AS Mike Pompeo sudah berbicara dengan pasukan Venezuela melalui pesan teks. Ia menyerukan pasukan militer dan keamanan setempat untuk terus melindungi kesejahteraan warga negara Venezuela, warga AS dan negara asing lainnya di Venezuela.

"Amerika akan mengambil tindakan yang tepat untuk meminta pertanggungjawaban siapapun yang membahayakan keselamatan dan keamanan misi kami dan personel," tuturnya, Rabu malam.

Gedung Kedubes AS di Venezuela terletak di atas perbukitan hijau di timur kota. Bendera AS yang berukuran besar berkibar di halaman depan. Kompleks ini memiliki beberapa lantai di bawah tanah yang dapat dimanfaatkan sebagai bunker jika diperlukan.

Diplomat AS di Venezuela sudah mengirimkan peringatan kepada warganya di Venezuela, Rabu, akan kondisi yang terjadi. Peringatan tersebut juga menjelaskan bahwa layanan warga tetap tersedia pada Kamis, tapi semua janji temu visa AS telah dibatalkan. Para staf juga diingatkan untuk terus dekat dengan lingkungan kedubes.

Menteri Pertahanan Venezuela Vladimir Padrino Lopez secara terbuka memberikan dukungan penuh terhadap Maduro pada Kamis. Ia dikenal sebagai salah satu pihak kunci untuk menyelesaikan perebutan kekuasaan ini.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement