Jumat 25 Jan 2019 14:51 WIB

Kementan Luncurkan Gerakan Santri Tani Milenial

Pesantren bisa mengakses langsung ke pertanian tanpa melalui prosedur panjang.

Rep: Melisa Riska Putri/ Red: Dwi Murdaningsih
Menteri Pertanian Amran Sulaiman saat Launching Santri Tani Milenial di Lapangan Pasar Munding, Desa Kamulyaan, Kecamatan Manonjaya, Kabupaten Tasikmalaya, Jumat (25/1).
Menteri Pertanian Amran Sulaiman saat Launching Santri Tani Milenial di Lapangan Pasar Munding, Desa Kamulyaan, Kecamatan Manonjaya, Kabupaten Tasikmalaya, Jumat (25/1).

REPUBLIKA.CO.ID, TASIKMALAYA -- Kementerian Pertanian melakukan gebrakan baru dengan menggandeng santri turun ke pertanian. Gerakan Santri Tani Milenial mengajak sekitar empat juta santri di seluruh Indonesia.

"Ini adalah energi baru untuk pertanian Indonesia," kata Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman dalam acara launching Program Santri Tani Milenial di Kecamatan Manonjaya, Tasikmalaya, Jawa Barat, Jumat (25/1).

Banyaknya santri tersebut jika bergerak bersama-sama diyakini Amran akan bisa mewujudkan Indonesia sebagai lumbung pangan dunia pada 2045. Dengan adanya Santri Tani Milenial, ia melanjutkan, pihaknya telah mengubah beberapa regulasi sehingga pesantren bisa mengakses langsung ke pertanian tanpa melalui prosedur panjang.  

"Kami bisa memberikan bantuan langsung kepada seluruh santri-santri di Indonesia," ujarnya.

Sebagai bagian dari program Santri Tani Milenial, pemerintah akan memberikan beragam bantuan berupa bibit ayam, kambing, sapi, traktor dan benih tanaman baik hortikultura maupun tanaman pangan secara gratis. 

photo
Menteri Pertanian Amran Sulaiman bersama santri saat mengunjungi pondok pesantren.

Sebanyak satu juta ekor ayam kampung telah disiapkan untuk dibagikan ke seluruh Indonesia. Bantuan akan diberikan sesuai dengan kebutuhan santri di setiap daerah. Pemilihan Tasikmalaya dilakukan karena Kabupaten tersebut dikenal memiliki banyak pesantren dan berjuluk Kota Santri.

Sebelum melaunching Program Santri Tani Milenial, Amran bersama rombongan berkunjung ke Pondok Pesantren Miftahul Huda Kecamatan Manonjaya, Tasikmalaya.

Di area seluas 30 hektare tersebut, setengahnya dimanfaatkan sebagai lahan pertanian. Selain padi, para santri juga diajarkan untuk bertani hortikultura, beternak ayam, kambing dan sapi. Bahkan mereka juga melakukan pertanaman secara hidroponik.

Pimpinan Ponpes Miftahul Huda Asep A Maoshul Affandy mengatakan, pertanian menjadi hal biasa yang dilakukan para santrinya sejak Ponpes tersebut berdiri 1967 lalu. Meski telah menjadi pekerjaan sehari-hari, dengan adanya program pemerintah berupa Santri Tani Milenial diharapkan meningkatkan motivasi para santri.

"Awalnya mereka enggan dengan pertanian karena merasa jijik tapi ketika mereka turun ke pertanian malah menjadi suka," kata dia.

Menurutnya, adanya Santri Tani juga sebagai jawaban untuk regenerasi petani. Selain bantuan, pelatihan juga dilakukan pihak Kementan terhadap para santri.

"Semoga bisa menjawab apa yang menjadi tantangan terhadap pertanian selama ini," katanya.

 

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement