Jumat 25 Jan 2019 18:08 WIB

'Mahasiswa Sudah Harus Berjiwa Wirausaha'

Kewirausahan bisa ditarik ke kurikulum dan diperpendek lagi.

Rep: Wahyu Suryana/ Red: Fernan Rahadi
Pelatihan kewirausahaan.
Foto: Antara
Pelatihan kewirausahaan.

REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN -- Wirausaha berusia muda memang sudah menjadi pemandangan yang lazim hari ini di dunia global. Karenanya, di Indonesia, generasi muda seharusnya memang sudah memiliki jiwa wirausaha, bahkan sejak mereka masih mahasiswa. 

Dosen Teknologi Pertanian Universita Padjajaran (Unpad), Dwi Purnomo menilai, perjalanan usaha bisa memakan waktu sekitar 3-4 tahun. Maka itu, kewirausahan bisa ditarik ke kurikulum dan diperpendek lagi. Ia menilai, kewirausahan hendaknya menjadi jiwa yang melandasi setiap insan untuk berkarya dengan usaha terbaiknya. 

Tujuannya, untuk menumbuhkan gairah dan niat baik untuk belajar, menguasai teknologi dan berkontribusi positif. "Artinya, peranan kita belajar adalah untuk berkontribusi positif dan berperan bagi lingkungannya, wirausaha tidak sekadar berusaha tapi juga merancang dampak luasnya," kata Dwi di Ruang Senat Universitas Negeri Yogyakarta, Jumat (25/1). 

Dwi mengambil contoh, mahasiswa-mahasiswa dari fakultas dan jurusan berbeda, dapat diberikan objek untuk aktivasi produk, model bisnis dan dampaknya bagi masyarakat sekitar. Perlu setidaknya 3-4 tahun untuk itu. Untuk itu, ia merasa, wirausaha memerlukan semacam teman latihan. Misal, saat petani berusaha di kebun, mahasiswa bisa berusaha mengembangkan pasar melalui media sosial. 

Selain itu, mahasiswa bisa terjun langsung ke pertanian agar mengerti proses produksinya. Sebab, Dwi berpendapat, itu penting dalam rangka pengembangan kapasitas menghadapi partarungan pasar. "Bisnis bukan tentang uangnya, melainkan tentang pengembangan kapasitasnya," ujar Dwi saat mengisi Studium Generale Enterpreneurship UNY tersebut. 

Senada, Guru Besar UNY, Margana menuturkan, kuliah seperti ini penting karena tema yang diambil sangat relevan dengan visi unggul kreatif inovatif. Margana menilai, pembangunan negara bertujuan mampu meningkatkan kemakmuran masyarakat. 

Bahkan, ia berpendapat, itu akan mampu membuat stabil pertumbuhan ekonomi baik masyarakat maupun negara. Tapi, Margana menegaskan, targetnya harus merupakan pengentasan kemiskinan dan pengurangan pengangguran. "Untuk mengurangi itu perlu life skills education, terutama penciptaan pekerja dan wirausahawan, yang dapat diartikan pemberian kemampuan atau kecakapan pada mahasiswa dengan berbagai keterampilan sebagai bekal berwirausaha," kata Margana. 

Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَاعْلَمُوْٓا اَنَّ فِيْكُمْ رَسُوْلَ اللّٰهِ ۗ لَوْ يُطِيْعُكُمْ فِيْ كَثِيْرٍ مِّنَ الْاَمْرِ لَعَنِتُّمْ وَلٰكِنَّ اللّٰهَ حَبَّبَ اِلَيْكُمُ الْاِيْمَانَ وَزَيَّنَهٗ فِيْ قُلُوْبِكُمْ وَكَرَّهَ اِلَيْكُمُ الْكُفْرَ وَالْفُسُوْقَ وَالْعِصْيَانَ ۗ اُولٰۤىِٕكَ هُمُ الرَّاشِدُوْنَۙ
Dan ketahuilah olehmu bahwa di tengah-tengah kamu ada Rasulullah. Kalau dia menuruti (kemauan) kamu dalam banyak hal pasti kamu akan mendapatkan kesusahan. Tetapi Allah menjadikan kamu cinta kepada keimanan dan menjadikan (iman) itu indah dalam hatimu serta menjadikan kamu benci kepada kekafiran, kefasikan, dan kedurhakaan. Mereka itulah orang-orang yang mengikuti jalan yang lurus,

(QS. Al-Hujurat ayat 7)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement