Sabtu 09 Feb 2019 09:55 WIB

TKN Jelaskan Istilah Propaganda Rusia

Propaganda Rusia yang dimaksud, yakni firehouse of falsehood atau semburan hoaks.

Rep: Rizkyan Adiyudha/ Red: Ratna Puspita
Direktor Komunikasi Politik TKN Usman Kansong
Direktor Komunikasi Politik TKN Usman Kansong

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Tim Kampanye Nasional (TKN) Joko Widodo-KH Ma'ruf Amin menjelaskan pernyataan propaganda Rusia yang dilontarkan oleh calon presiden mereka. TKN menyatakan propaganda Rusia tidak merujuk pada negara tertentu, melainkan terkait sebuah istilah.

Direktor Komunikasi Politik TKN Usman Kansong mengungkapkan, propaganda Rusia yang dimaksud, yakni firehouse of falsehood atau semburan hoaks, fitnah, dan kebohongan. Menurut Usman, pernyataan dikeluarkan Jokowi mengingat adanya bahaya yang ditimbulkan dari metode kampanye tersebut.

"Semburan kebohongan ini mengancam keutuhan negara, karena itu pak jokowi kalo urusannya yang diserang dia itu biasanya tidak bereaksi. Tetapi yang diserang adalah keutuhan negara karena adanya propaganda Rusia, maka ia harus bicara," kata Usman Kansong di posko Cemara, sabtu (9/2).

Usman mengatakan, Jokowi juga tidak sembarangan dalam mengeluarkan pernyataan tersebut. Dia menjelaskan, Jokowi telah memiliki informasi ditambah data yang akurat sebagai capres pejawat untuk menyampaikan hal tersebut.

Usman mengungkapkan, penggunaan metode yang mengancam keutuhan negara itu bahkan sudah disampaikan Jokowi kepada internal tim pemenangan. Jokowi, dia melanjutkan, juga telah menelusuri jejak digital hingga pada akhirnya disampaikan ke masyarakat sebagai peringatan.

"Itu warning kepada kita semua bahwa jangan dipakailah propaganda Rusia itu memecah belah bangsa," kata Usman lagi.

Usman mengungkapkan, penggunaan propaganda Rusia terindikasi dari dipakainya konsultan asing oleh paslon oposisi. Rekam jejak memanfaatkan konsultan asing, Usman mengatakan, sudah terlihat sejak pilpres 2014 dan 2009 lalu. 

Dia melanjutkan, pada 2009 capres oposisi juga telah menggunakan konsultan asing. Saat itu, dia berpasangan dengan Megawati Soekarnoputri. "Tapi yang minta memang pak Prabowo dan bu Mega sendiri gak suka dengan itu," kata Usman.

photo
Asal-Usul Istilah Propaganda Rusia.

Pengamat Komunikasi Universitas Pelita Harapan (UPH) Emrus Sihombing menilai, firehouse of falsehood tidak akan berhasil digunakan sebagai strategi kampanye dalam pemilu 2019. Dia mengatakan, masyarakat tidak akan terpengaruh karena mereka semakin cerdas untuk menyaring mana informasi berbasis fakta atau sebaliknya.

Emrus mengatakan, pabrikasi fitnah dan hoaks mudah untuk dipatahkan. Dia menjelaskan, informasi-informasi hoaks itu secara otomatis akan terbantahkan dengan perlawanan berbasis fakta dan data.

"Jika informasi-informasi hoaks terus terbantahkan, maka publik tidak akan percaya lagi dengan semburan fitnah yang dilancarkan," kata Emrus.

Dia mengatakan, isu-isu positif akan menjadi antitesis semburan fitnah. Dia melanjutkan, isu-isu itu kemudian harus diamplifikasi melalui media massa dan media sosial. Dia menambahkan, hal itu dilakukan untuk menguatkan kembali keyakinan masyarakat yang otaknya sudah teracuni hoaks dan kebohongan tersebut.

Namun, ia mengakui, pabrikasi fitnah dan hoaks yang dilakukan secara masif akan mempengaruhi masyarakat. Dia mengatakan, informasi bohong memang akan tertinggal di peta kognisi khalayak dan berpotensi menimbulkan disonansi kognitif.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement