REPUBLIKA.CO.ID, ISLAMABAD -- Putra Mahkota Kerajaan Arab Saudi Pangeran Mohammed bin Salman (MBS) mengunjungi Pakistan, Ahad (17/2). Kunjungan tersebut bertujuan mempererat hubungan bilateral antara kedua negara.
Ini merupakan kunjungan perdana Pangeran MBS ke Pakistan. Kedatangannya ke sana disambut langsung oleh Perdana Menteri Pakistan Imran Khan di pangkalan udara Nur Khan.
Jamuan makan malam pun digelar guna membangun keakraban antara Pangeran MBS dan Khan serta pejabat Pakistan lainnya. Pada kesempatan tersebut, Khan memuji hubungan bilateral Riyadh dengan Islamabad yang telah terjalin cukup kuat.
"Pakistan dan Saudi kini membawa hubungan ini ke tingkat yang belum pernah kita miliki sebelumnya, hubungan di mana sekarang akan menjadi investasi antara kedua negara yang akan saling menguntungkan darinya," ujar Khan, dikutip laman Aljazirah.
Dalam kunjungannya, Pangeran MBS menandatangani kesepakatan kerja sama senilai 20 miliar dolar AS. Kesepakatan tersebut termasuk rencana pembangunan kilang minyak dan kompleks petrokimia di kota pelabuhan Gwadar serta kemungkinan akuisisi dua pembangkit listrik bertenaga gas alam cair oleh perusahaan-perusahaan Saudi.
Dialokasikan pula empat miliar dolar AS untuk pengembangan energi alternatif dan kesepakatan penambangan. Menurut Menteri Energi Saudi Khalid al-Falih negaranya juga telah menandatangani perjanjian untuk memasok Pakistan dengan minyak mentah dan produk minyak bumi. Hal itu dilakukan guna mengamankan kebutuhan bahan bakar Islamabad.
Pangeran MBS mengaku senang dapat berinvestasi di Pakistan. "Kami percaya Pakistan akan menjadi negara yang sangat penting di masa mendatang dan kami ingin menjadi bagian dari itu," ujarnya.
Investasi Saudi diperkirakan membantu Pakistan yang saat ini tengah berjuang untuk keluar dari krisis cadangan devisa serta melambatnya pertumbuhan domestik. Pakistan diketahui hanya memiliki devisa sebesar 8,2 miliar dolar AS.
Jumlah tersebut diperkirakan hanya cukup untuk melakukan impor selama dua bulan. Oleh sebab itu Pemerintah Pakistan meyakinkan publik bahwa investasi Saudi terhadap proyek-proyek energi akan dikerjakan dengan segera dan dipantau secara ketat.
"Dewan (investasi Pakistan) telah diberi jadwal, itu tidak akan sembarangan dalam pekerjaannya. Dan diberitahu bahwa mereka perlu mengimplementasikan rencana aksi pada waktu tertentu," kata Menteri Luar Negeri Pakistan Shah Mehmood seusai melakukan pembicaraan dengan Menteri Luar Negeri Saudi Adel al-Jubeir di Islamabad.
Sementara itu al-Jubeir mengatakan invetasi negaranya menunjukkan bahwa Saudi percaya pada prospek ekonomi jangka panjang Pakistan. "Ini bukan amal, ini investasi. Ada keuntungan bagi kedua belah pihak. Jika kita tidak percaya pada Pakistan, kita tidak akan melakukan investasi ini," ujarnya.
Kepala Dewan Investasi Pakistan Haroon Sharif mengungkapkan dia berharap studi kelayakan teknis akan segera dimulai dan memakan waktu sekitar 18 bulan. "Semua proyek ini jangka menengah dan panjanh," ucapnya.
Menurut Sharif nota kesepahaman investasi dengan Saudi hanyalah permulaan. "Ujian sesungguhnya adalah ketika analisis teknis dimulai," kata dia.
Selain investasi, kunjungan Pangeran MBS ke Pakistan juga dimanfaatkan Imran Khan untuk memintanya membantu 2,5 juta warga Pakistan yang tinggal di kerajaan Teluk. Khan beranggapan mereka mungkin memiliki kesulitan dalam menjalani hidup di sana.
Selain itu, Khan juga meminta bantuan Pangeran MBS untuk membebaskan sekitar 3.000 warga Pakistan yang saat ini ditahan di penjara Saudi. Menurut Menteri Informasi Pakistan Fawad Chaudhry, Pangeran MBS telah memerintahkan pembebasan segera terhadap 2.107 warga Pakistan dari penjara Saudi.
Pada Senin (18/2), Pangeran MBS sempat melakukan pertemuan dengan Presiden Pakistan Arif Alvi di Islamabad. Pada momen tersebut, Pangeran MBS dianugerahi Nishan-e-Pakistan (Orde Pakistan).
Dia juga bertemu kepala militer Pakistan Jenderal Qamar Javed Bajwa. Setelah pertemuan tersebut, Pangeran MBS meninggalkan Pakistan. Negara selanjutnya yang akan dikunjungi Pangeran MBS adalah India dan Cina.