Selasa 19 Feb 2019 14:16 WIB

Pembicaraan Perang Dagang AS-Cina Kembali Digelar

Pertemuan rencananya dilakukan di Washington pada Selasa (19/2).

Rep: Lintar Satria/ Red: Friska Yolanda
Pertemuan perwakilan Amerika Serikat dengan Wakil Perdana Menteri Cina Liu He di Beijing membahas kesepakatan terkait perdagangan kedua negara.
Foto: AP
Pertemuan perwakilan Amerika Serikat dengan Wakil Perdana Menteri Cina Liu He di Beijing membahas kesepakatan terkait perdagangan kedua negara.

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Pembicaraan terbaru antara Amerika Serikat (AS) dan Cina untuk menyelesaikan perang dagang mereka akan dilakukan di Washington pada Selasa (19/2). Setelahnya, pertemuan akan dilanjutkan dengan pembicaraan tingkat tinggi yang digelar pekan ini. 

Negosiasi yang dilakukan di Beijing pekan lalu tidak menghasilkan kesepakatan apa-apa. Tapi menurut pemerintah AS pembicaraan itu menghasilkan kemajuaan dalam isu-isu penting bagi kedua negara.

Baca Juga

"(Pembicaraan terbaru) bertujuan untuk meraih perubahan struktural di Cina yang berdampak pada perang dagang Amerika Serikat dan Cina. Kedua pihak juga membahas janji Cina membeli dalam jumlah besar jasa dan barang dari Amerika Serikat," kata Gedung Putih dalam keterangan mereka, Selasa (19/2). 

Pembicaraan tingkat tinggi akan dilakukan pada hari Kamis (21/2). Pembicaraan tersebut akan dipimpin Perwakilan Perdagangan Robert Lighthizer, orang yang sangat mendorong Cina untuk mengakhiri praktik dagang yang menurut AS memaksa perusahaan AS menyerahkan kekayaan intelektualnya kepada perusahaan Cina.

Cina sudah membantah melakukan praktik dagang seperti itu. Kabarnya, Wakil Perdana Menteri Cina Liu He akan mengunjungi Washington pada Kamis dan Jumat untuk menghadiri pembicaraan tersebut. 

Gedung Putih mengatakan Menteri Keuangan AS Steven Mnuchin juga turut hadir dalam pembicaraan ini. Begitu juga dengan Menteri Perdagangan AS Wilbur Ross, penasihat ekonomi Gedung Putih Larry Kudlow, dan penasihat perdagangan Gedung Putih Peter Navarro.  

AS akan menaikan tarif impor barang Cina senilai 200 miliar dolar AS dari 10 persen menjadi 25 persen jika kedua negara belum meraih kesepakatan pada 1 Maret mendatang. Trump sempat mengatakan ia dapat memperpanjang tenggat waktu tersebut. 

"Kami sudah membuat banyak kemajuaan, tidak ada yang mengira hal ini akan terjadi," kata Trump di Florida.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement