Senin 25 Feb 2019 13:54 WIB

Fasilitas Ruang Shalat di Jepang Bertambah

Fasilitas untuk ibadah ini tersedia terutama di tempat-tempat komersial.

Rep: Kiki Sakinah/ Red: Andi Nur Aminah
Umat Islam melaksanakan shalat di Masjid Kobe, Jepang.
Foto: Irssm.org
Umat Islam melaksanakan shalat di Masjid Kobe, Jepang.

REPUBLIKA.CO.ID, TOKYO -- Seiring dengan meningkatnya pengunjung Muslim ke Jepang, fasilitas ruang shalat di negeri sakura itu pun bertambah. Fasilitas untuk ibadah ini tersedia terutama di tempat-tempat komersial.

Menurut operator situs web yang menyediakan informasi bagi umat Islam, seperti dilansir dari Japan Today, Senin (25/2), ada sekitar 170 ruang shalat di Jepang. Jumlahnya meningkat lantaran semakin banyak wisatawan dari Asia Tenggara yang mengunjungi Jepang.

Baca Juga

Menurut Organisasi Pariwisata Nasional Jepang, wisatawan dari Malaysia dan Indonesia berjumlah sekitar 700 ribu pada 2017. Angka itu meningkat tujuh kali lipat dari satu dekade sebelumnya.

Meski ruang shalat terbuka semakin banyak, namun sebagian besarnya masih menghadapi sejumlah tantangan. Ruang shalat yang baru-baru ini dibangun di sebuah pusat perbelanjaan di Prefektur Hiroshima, Jepang barat, misalnya, hanya digunakan dua atau tiga kali dalam satu bulan. Seorang petugas di fasilitas ruang shalat di sana mengatakan tidak sedikit pelanggan yang keliru memahami tujuan ruangan shalat dan justru menggunakannya sebagai tempat istirahat. "Sulit untuk mempromosikan ruangan itu," kata petugas tersebut.

Di LaLaport Expocity, sebuah pusat perbelanjaan utama di Suita, Prefektur Osaka, sebuah ruang ibadah di sana digunakan tidak hanya oleh para pelancong, tetapi juga orang-orang yang bekerja di daerah itu sejak mal itu dibuka pada 2015. Ruang ibadah di sana digunakan sekitar 30 kali dalam sebulan.

"Berita itu telah menyebar dari mulut ke mulut dan jumlah pengguna telah meningkat," kata Sachiko Kato, yang mengelola ruangan ibadah tersebut.

Adapula ruang yang tengah dalam perbaikan. Orang yang ingin menggunakannya harus meminta staf di konter layanan untuk membukanya. Instruksi ini hanya ditulis dalam bahasa Inggris dan Jepang. "Sulit untuk membiarkan ruangan terbuka karena letaknya di mana banyak orang datang dan pergi," kata Kato.

Seorang profesor di Sekolah Pascasarjana Studi Asia-Pasifik Universitas Waseda, Ken Miichi, menekankan bahwa tidaklah cukup dengan hanya menambah ruang shalat. Menurutnya, diperlukan pemahamanan mengapa ruang ibadah diperlukan dengan mempelajari adat dan budaya Muslim. Selanjutnya, kata Miichi, mengembangkan lingkungan di mana orang dapat menggunakanya dengan mudah. 

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement