Sabtu 02 Mar 2019 13:50 WIB

Pemerintah Sambung 7.093 Jaringan Gas di Sidoarjo

Jaringan gas Sidoarjo berasal dari Lapondo Brantas.

Rep: Intan Pratiwi/ Red: Friska Yolanda
Ilustrasi jaringan gas rumah tangga
Foto: Dok Kementerian Koordinator Kemaritiman
Ilustrasi jaringan gas rumah tangga

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Ignasius Jonan, meresmikan infrastruktur energi di Kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur, Jumat (1/3). Infrastruktur energi yang diresmikan terdiri dari jaringan gas bumi untuk rumah tangga, penerangan jalan umum tenaga surya (PJU-TS), dan sumur bor air bersih.

Pada kesempatan ini Menteri ESDM juga menyerahkan konverter kit (konkit) BBM ke LPG untuk nelayan di Kabupaten Sidoarjo. Peresmian dipusatkan di Masjid Al Hikmah Perum Tas 2, Desa Kalisampurno, Tanggulangin, Kabupaten Sidoarjo.

Baca Juga

Hadir dalam acara ini, Bupati Sidoarjo Saiful Ilah, Direktur Pemasaran Retail PT Pertamina Mas'ud Khamid, jajaran Kementerian ESDM dan warga sekitar Desa Kalisampurno. Peresmian infrastruktur energi ini menunjukkan komitmen pemerintah agar masyarakat dapat merasakan manfaat dana Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) secara langsung yang dalam jangka panjang dapat memperkuat ekonomi rakyat.

"Ini dana rakyat, kami (pemerintah) komitmen warga Sidoarjo menjadi lebih sejahtera ke depannya", ujar Jonan, Sabtu (2/3).

Sebanyak 7.093 sambungan rumah (SR) jaringan distribusi gas bumi untuk rumah tangga (jargas) di Kabupaten Sidoarjo diresmikan oleh Menteri ESDM. Selanjutnya, 196 paket konversi BBM ke LPG untuk nelayan kecil di Sidoarjo juga diserahkan.

Jargas Sidoarjo dibangun dengan menggunakan dana APBN tahun 2018, pasokan gas berasal dari Lapindo Brantas Ltd sebesar 0,4 mmscfd. Jargas dibangun di 7 desa yaitu Desa Banjar Panji, Banjar Asri, Penatarsewu, Sentul, Kalisampurno, Kedensari dan Boro.

"Program jargas tahun 2020 nanti masih ada, silakan dari Sidoarjo ini untuk diajukan, 30 ribu SR misalnya silakan diajukan," ujar Menteri Jonan.

Menurut dia, Pemerintah memanfaatkan dana APBN untuk pembangunan jargas bagi rumah sederhana, rusun sederhana dan daerah-daerah yang telah tersedia pasokan gasnya.

Ini merupakan kali kelima jargas dibangun di Kabupaten Sidoarjo. Jargas pertama kali dibangun tahun 2010 sebanyak 4.061 SR. Selanjutnya 2.457 tahun 2011, tahun 2012 sebanyak 2.230 SR, tahun 2014 sebanyak 1.702 dan terakhir 2018 mencapai 7.093 SR. Total jargas yang dibangun di Kabupaten Sidoarjo sebesar 17.543 SR.

Selain Sidoarjo, untuk Provinsi Jawa Timur, jargas secara bertahap dibangun di Kota Surabaya, Kabupaten Mojokerto, Kota Pasuruan dan Kota Probolinggo. Hingga saat ini, total jargas yang terbangun di Jawa Timur sebanyak 65.961 SR.

Jargas untuk rumah tangga memiliki banyak keunggulan yaitu aman, bersih, hemat serta praktis karena tersedia 24 jam. Penggunaan jaringan gas ini juga akan menekan pengeluaran karena lebih hemat. Ke depan ini pada akhirnya dapat meningkatkan daya beli masyarakat.

Untuk pembangunan jargas Sidoarjo ini, Kementerian ESDM menugaskan kepada PT Pertamina (Persero) untuk melaksanakan pembangunan, pengoperasian serta pengembangan jargas Kabupaten Sidoarjo melalu afiliasinya PT Pertamina Gas dan PT Pertagas Niaga.

Berdasarkan data Kementerian ESDM, sejak dibangun pertama kali tahun 2009, total jargas yang terbangun dengan dana APBN hingga saat ini sebanyak 325.773 SR SR yang terdistribusi di 16 provinsi, 40 kabupaten/kota. Untuk tahun 2019, direncanakan akan dibangun sebanyak 78.216 SR jargas di 18 lokasi.

Pada kesempatan yang sama, Menteri ESDM secara simbolis membagikan paket konversi BBM ke LPG untuk 196 nelayan kecil tahun anggaran 2018. "Konverter kit ini selain lebih hemat, keunggulannya ikannya juga nggak bau bensin," ungkap Jonan.

Dengan menggunakan LPG sebagai bahan bakar melaut, penghematan nelayan dapat mencapai Rp 30.000 hingga Rp 50 ribu per hari. Jumlah yang cukup besar bagi para nelayan kecil.

"Kalau pakai LPG itu biayanya Rp 38 ribu, sebelumnya dua kalinya lebih Pak kalau pakai bensin," ujar Abdul Rokhim, salah satu nelayan Sidoarjo yang berkesempatan diwawancara langsung oleh Menteri Jonan.

Program ini juga merupakan upaya Pemerintah menyediakan energi alternatif yang dapat digunakan masyarakat, termasuk nelayan. LPG lebih ramah lingkungan karena emisi yang dihasilkan lebih kecil dibandingkan dengan BBM. Konversi BBM ke LPG menjadi bentuk perlindungan lingkungan untuk generasi yang akan datang.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement