Senin 04 Mar 2019 06:04 WIB

Setelah AHY tak Menyebut Nama Prabowo-Sandi

Pidato AHY dinilai mencerminkan sikap Demokrat soal Pilpres.

Rep: Bayu Adji, Muhyiddin, Arif Satrio Nugroho/ Red: Muhammad Hafil
Komandan Satuan Tugas Bersama (Kogasma), Agus Harimurti Yudhoyono (AHY)
Foto: Republika TV/Havid Al Vizki
Komandan Satuan Tugas Bersama (Kogasma), Agus Harimurti Yudhoyono (AHY)

REPUBLIKA.CO.ID,  JAKARTA -- Dalam pidato politiknya setelah ditunjuk sebagai pemimpin pemenangan Partai Demokrat oleh Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), tak sekalipun Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) menyebut calon presiden dan wakil presiden Prabowo Subianto dan Sandiaga Uno. Pidato politik yang berdurasi sekitar 30 menit itu, AHY justru memberikan rekomendasi kepada presiden terpilih dalam Pemilu 2019 tanpa menyebut nama capres dan cawapres yang diusung partainya.

Pidato berjudul Rekomendasi Partai Demokrat untuk Presiden Indonesia mendatang itu dibacakan secara lugas oleh AHY. Tiga hal pokok yang dia sampaikan pada Jumat (1/3) itu di antaranya tentangan Indonesia 2019-2024 dalam perspektif dunia internasional dan nasional, persoalan dan aspirasi rakyat, serta solusi dan kebijakan yang ditawarkan Demokrat, dan ajakan Demokrat menyikapi perkembangan situasi sosial politik dewasa ini.

Baca Juga

"Nasib dan masa depan sebuah negara ditentukan oleh bangsa itu sendiri. Makin kokoh persatuan kita, makin cepat kita mencapai kejayaan bangsa," kata dia dalam pidato politiknya di Djakarta Theater, Jumat (1/3).

Terkait hal ini, Demokrat dinilai sedang bersikap netral pada Pilpres 2019. cawapres nomor urut 01, KH Ma'ruf Amin menangkap sinyal positif dari pidato yang disampaikan AHY.

Kiai Ma'ruf manilai, Pidato AHY tersebut menunjukkan sikap netral Partai Demokrat dalam Pilpres 2019. Karena, dalam pidatonya AHY tidak menyebutkan siapa presiden yang akan melanjutkan kepemimpinan negeri ini.

"Artinya kita anggap dia netral saja untuk memilih siapa saja yang terbaik buat warga bangsa," ujar Kiai Ma'ruf saat ditanya usai tausiyah dalam acara Silaturahmi Akbar Banten Bersatu untuk Indonesia di Alun-Alun Kota Serang, Banten, Ahad (3/3).

Kiai Ma'ruf pun meyakini pidato AHY tersebut menyimpan aspirasi kader Demokrat kebanyakan. Karena, saat ini sudah banyak kepala daerah ataupun calon legislatif partai demokrat yang secara personal menyatakan dukungan kepada pasangan calon nomor urut 01, Jokowi-KH. Ma'ruf.

"Karena tidak berani menyebut berarti ada kecenderungan untuk mendukung Pak Jokowi dan saya," kata Mustasyar PBNU itu.

Kiai Ma'ruf berharap, pidato yang disampaikan AHY tersebut menunjukkan dukungannya kepada pasangan nomor urut 01. Apalagi, menurut dia, pidato tersebut juga menunjukkan bahwa demokrat dalam Pilpres kali ini bermain di tengah.

"Saya kira iya (bermain di tengah). Karena itu kita berterima kasih dia ada di tengah, sehingga orang-orang yang kemudian mendukung kami jadi tidak merasa ada ancaman, jadi mereka aman. Makin banyak orang Demokrat yang ikut ke 01," ucap Kiai Ma'ruf.

Kiai Ma'ruf menjelaskan, partai pimpinan SBY itu secara lembaga memang mengusung pasangan calon presiden nomor urut 02, Prabowo Subianto-Sandiaga Uno. Namun, Kiai Ma'ruf mengungkapkan bahwa saat ini telah banyak kader Partai Demokrat yang mendukung Jokowi dan dirinya.

"Memang Demokrat secara kelembagaan mendukung sebelah (Prabowo-Sandi), tapi di daerah seperti gubernur, walikota, bupati, banyak mendukung sini (Jokowi-Ma'ruf). Jadi mungkin AHY itu membuat pernyataan seperti itu supaya semuanya menjadi enak," kata Kiai Ma'ruf.

Sebagai catatan, sejak Demokrat bergabung dengan Prabowo-Sandi, sudah dua kali partai yang didirikan oleh SBY ini mengutarakan kepada publik soal ketidaktegasannya mendukung capres-cawapres nomor urut 02 ini. Pertama, pada awal September lalu di mana DPP Demokrat memberikan dispensasi bagi para kader di daerah untuk mendukung Jokowi-Ma’ruf. Dan yang kedua terjadi pada pekan lalu, di mana DPP Partai Demokrat menyatakan mengutamakan raihan suara partainya ketimbang mengkampanyekan Prabowo-Sandi.

photo
'Ulah' Demokrat di kubu Prabowo-Sandi.

Sementara, Sekretaris Tim Kampanye Nasional (TKN) Jokowi Ma'ruf menyebut, pidato yang disampaikan AHY karena adanya aspirasi tersumbat di kubu koalisi pendukung capres nomor urut 02 Prabowo Subianto.

"Tentu saja mungkin ada aspirasi yang tersumbat ya di pasangan 02, sehingga pak AHY harus melakukan pidato politik," kata Hasto saat melepas rombongan tur Amisbat di Jalan Tol Lintas Sumatra, Bandar Lampung, Sabtu (2/3).

Dalam pidatonya, Agus tidak menyebut nama capres dan cawapres manapun, baik paslon 01 Jokowi Ma'ruf maupun paslon 02 Prabowo-Sandi. Kendati demikian, Hasto menilai pidato yang disampaikan AHY tetap mengandung makna yang positif.

"Selama itu untuk kepentingan bangsa dan negara, selama itu mencerahkan, selama itu membangun peradaban bagi bangsa dan negara, kami menilai itu merupakan hal yang positif," ujar sekjen PDIP itu.

Selain itu, Hasto menilai pidato AHY lebih baik dari pada pidato politik Prabowo beberapa waktu lalu. "Ya, kalau kita lihat, pidato AHY tersebut lebih baik daripada pidato politik Prabowo," kata Hasto.

Hasto menilai, AHY sebagai pimpinan partai dalam situasi politik memiliki tanggung jawab untuk menyampaikan hal yang strategis bagi bangsa dan negara. Hasto pun menilai AHY berhasil menyampaikan poin-poinnya secara jelas dan teratur.

"Dari apa yang disampaikan, tidak ada emosi semua teratur runtut dan semua kami yakini untuk bangsa dan negara, jadi jauh lebih baik daripada apa yang disampaikan pak Prabowo sendiri," ujar Hasto.

Menanggapi hal tersebut, Wakil Ketua Badan Pemenangan Nasional (BPN) Prabowo-Sandi, Mardani Ali Sera menanggapi tudingan pidato AHY yang dinilai jauh lebih baik dari Prabowo. Mardani menilai, TKN  hanya ingin membuat jarak  antara AHY dan Prabowo Subianto.

"Wajar kalau kawan-kawan TKN ingin membuat AHY dan Prabowo nampak jauh. Padahal keduanya punya kapasitas yg mumpuni," ujarnya saat dikonfirmasi, Ahad (3/3).

Mardani menyebut, keduanya memiliki kelebihan masing-masing. Prabowo adalah lambang penegak kedaulatan NKRI yang tegas dan lugas. Sedangkan AHY, menurut Dia, adalah pemuda yang berprestasi dan punya kapasitas.

Politikus PKS itu menjelaskan, keduanya merupakan tokoh yang merepresentasikan calon presiden no urut 02. Dia pun mengklaim, barisan pendukung Prabowo-Sandi diisi oleh orang-orang berkualitas.

Selain itu, Mardani juga meyakini capres-cawapres no urut 02 akan memenangkan kontestasi pilpres yang akan digelar pada 17 April mendatang. "Dan kami yakin #2019GantiPresiden," ujarnya.

Kepentingan partai dan faktor SBY

Sekretaris Jenderal (Sekjen) Partai Demokrat Hinca Panjaitan mengatakan, penunjukan AHY sebagai pemimpin pemenangan partainya dalam Pemilu 2019, bukan untuk pemenangan Prabowo-Sandiaga. Karena itu, tugas AHY memang agar jalannya efektifvitas di internal partai untuk suara di legislatif.

Ia menegaskan, posisi Demokrat pada Prabowo-Sandi sama sekali tak berubah. "Kader terbaik Partai Demokrat sudah kami kirim ke BPN, saya sendiri adalah wakil ketua pemenangan itu," tegas dia. Menurut dia, urusan tentang Pilpres sudah diselesaikan berjalan sesuai rencana. Yang dilakukan Partai Demokat saat ini, kata dia, hanya untuk internal.

Sementara, pengamat politik dari Indonesian Public Institute (IPI) Jerry Massie menilai, Partai Demokrat tidak akan all out mendukung paslon presiden dan wakil presiden nomor urut 02, Prabowo-Sandi. Alasannya, Ketua Umum Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) absen dalam tim pemenangan Prabowo-Sandi.

Jerry mengatakan, dengan SBY menarik diri di timses lantaran menemani sang istri yang sedang dirawat di salah satu RS Singapura, impact atau dampaknya akan berpengaruh terhadap elektoral Prabowo-Sandi. Hal itu lantaran selain Demokrat koalisi penting di BPN, SBY juga punya peran sangat vital untuk mengangkat branding Prabowo-Sandi.

"Dengan tak aktif SBY akan berpengaruh besar, pasalnya Demokrat selain masih masuk enam besar hegemoni dan simpatisan mereka cukup signifikan," ujar dia lagi.

Sehingga, kata dia, otomatis membuat daya gedor BPN akan pincang. "Tim BPN harus mencari alternatif siapa pengganti SBY. Saya nilai AHY bakal tak akan ngotot di kampanye nanti karena mereka lagi terfokus ke Ani Yudhoyono dan pilpres agak terbengkalai," katanya pula.

Sedangkan Partai Gerindra, PKS, PAN, dan Berkarya akan lebih ngotot. Semua keputusan Demokrat ada di tangan SBY, sehingga Demokrat bakal tak optimal, tak seperti sebelum Ibu Ani berobat ke Singapura.

"Ini bisa jadi no balancing tak ada keseimbangan lagi. Saya duga politik bersayap dan dua kaki kembali dimainkan Demokrat. Mereka tak akan all out dalam timses. Paling tidak mereka lebih prioritas lolos 4 persen PT," ujarnya pula.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement