REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Federal Aviation Administration (FAA) menyatakan kemungkinan ada kesamaan penyebab jatuhnya Ethiopian Airlines ET302 dengan Lion Air JT610, di mana kedua maskapai penerbangan tersebut menggunakan Boeing 737 MAX 8. Para penyelidik di lokasi kecelakaan menemukan potongan stabilizer dan berada di posisi tak biasa, yang mirip dengan Lion Air ketika jatuh.
Posisi stabilizer ini menggerakkan ekor pesawat secara horizontal, dan membantu menentukan pergerakan hidung pesawat. Penyelidik Prancis mulai menganalisis kotak hitam Boeing 737 MAX 8 yang jatuh setelah lepas landas dari Addis Ababa pada Ahad (10/3) lalu. Para ahli akan mencari keterkaitan antara kecelakaan Ethiopian Airlines dengan Lion Air pada Oktober 2018 lalu.
Kotak hitam Ethiopian Airlines ET302 telah diserahkan ke Biro Penyelidikan dan Analisis Kemanan Penerbangan Sipil Prancis (BEA) pada Kamis lalu. Hasil analisis kotak hitam tersebut diperkirakan bisa memakan waktu beberapa hari.
Boeing menyatakan akan melakukan peningkatan perbaikan perangkat lunak di seluruh armada 737 MAX dalam beberapa minggu mendatang. Namun, Boeing menolak berkomentar terkait pernyataan FAA tersebut.
"Kami terus membangun 737 MAX sambil terus memantau situasi, termasuk kendala yang akan berdampak pada sistem produksi kami," ujar juru bicara Boeing, Chaz Bickers, Jumat (15/3).
Perbaikan perangkat lunak untuk 737 MAX telah dilakukan Boeing sejak kecelakaan Lion Air. Perbaikan itu diperkirakan membutuhkan waktu selama berbulan-bulan. Adapun saham Boeing turun sekitar 11 persen sejak kecelakaan terjadi dan menghapus nilai pasar sekitar lebih dari 26 miliar dolar AS.
Norwegian Air menyatakan akan mencari kompensasi dari Boeing atas kehilangan pendapatan, karena telah berhenti mengoperasikan Boeing 737 MAX. Maskapai Garuda Indonesia kemungkinan akan membatalkan pesanan 20 pesawat 737 MAX, dan Malaysian Airlines sedang meninjau pesanan 737 MAX.
Infografis Ethiopian Airlines Paling Sukses di Afrika