Jumat 22 Mar 2019 18:14 WIB

Dubes: Selandia Baru dan Indonesia Bersatu Lawan Terorisme

Selandia Baru menyampaikan tiga jaminan untuk menanggapi aksi teror.

Rep: Umi Soliha/ Red: Nur Aini
Ketua bidang Hubungan Luar Negeri MUI Muhyiddin Junaid bersalaman dengan Kuasa Usaha Ad Interim (KUAI) Kedutaan Besar Selandia Baru untuk Indonesia Roy Ferguson saat melakukan pertemuan di Kantor MUI, Jakarta, Jumat (22/3).
Foto: Republika/Putra M. Akbar
Ketua bidang Hubungan Luar Negeri MUI Muhyiddin Junaid bersalaman dengan Kuasa Usaha Ad Interim (KUAI) Kedutaan Besar Selandia Baru untuk Indonesia Roy Ferguson saat melakukan pertemuan di Kantor MUI, Jakarta, Jumat (22/3).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kuasa Usaha Ad Interim (KUAI) Kedutaan Besar Selandia Baru untuk Indonesia Roy Ferguson, mengatakan Selandia Baru dan Indonesia akan bersatu melawan tindakan terorisme setelah terjadi penembakan massal di masjid, Kota Christchurch Jumat lalu. Ia juga menyampaikan tiga jaminan dari Selandia Baru untuk menanggapi aksi teror orang Australia yang memuja supremasi kulit putih.

"Saya datang ke sini hari ini untuk memberi anda semua tiga jaminan. Pertama, kami melakukan semua yang kami bisa lakukan untuk para korban serangan teroris ini. Kedua, kita bereaksi dengan cepat dan tegas. Ketiga, tindakan keji ini tifak mewakili Selandia Baru," katanya dalam pertemuan dengan MUI pusat di Jakarta Pusat, Jumat (22/3).

Baca Juga

Selain itu, ia mengatakan, keamanan komunitas Muslim di Selandia Baru adalah prioritas utama bagi polisi dan Pemerintah Selandia Baru. Tingkat ancaman teror Selandia Baru, katanya, naik dari rendah ke tinggi segera setelah serangan dan akan dipastikan akan tetap di level ini.

"Kami memastikan, komunitas Muslim di Selandia Baru merasa aman dan terjamin adalah fokus khusus kami, polisi akan berjaga di luar Masjid. Pemerintah bertekad, Selandia Baru akan tetap menjadi masyarakat yang aman dan terbuka dengan ditandai oleh toleransi dan kebebasan beragama," tuturnya.

Roy menegaskan kembali jika aksi teror tersebut sama sekali tidak mewakili Selandia Baru. Selandia Baru, katanya, adalah salah satu negara yang paling multikultural di dunia. Keberagaman Selandia Baru adalah sesuatu yang mereka hargai dan rayakan. Dia menilai serangan brutal yang terjadi pekan lalu telah menyerang nilai-nilai utama mereka.

"Kami adalah sebuah bangsa yang terdiri dari 200 etnis dan 160 bahasa. Kami membuka pintu kami dan mengucapkan selamat datang. Salah satu yang harus berubah setelah kejadian Jumat lalu adalah pintu ini harus ditutup untuk semua yang memeluk kebencian dan ketakutan," ujarnya.

"Pemerintah Selandia Baru tidak memiliki toleransi untuk kekerasan dan ekstremisme dalam bentuk apa pun. Kami merasa seram dan jijik dengan tindakan - tindakan dari penyerang tersebut. Hal ini belum pernah terjadi di negara kami."

Dalam pertemuan tersebut, ia mengenang Daoud al-Nabi, pemula agama yang berusia 71 tahun yang merupakan salah satu pendiri Masjid Al Noor di Christchurch. Dia dibunuh secara brutal setelah membukakan pintu ke pelaku denga kata-kata 'Hello Brother'. Ia mengatakan semua orang harus menghormati pesan cintanya.

Hari ini pukul 13.30 waktu setempat, Jumat (22/3), Selandia Baru menyiarkan azan secara nasional melalui radio dan televisi nasional. Warga Selandia Baru  juga mengheningkan cipta selama dua menit untuk saudara Muslim Kiwi yang menjadi korban serangan tragis tersebut.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement