Sabtu 23 Mar 2019 23:21 WIB

Jujur Sumber Kebaikan

Rasulullah SAW hadir untuk menebar akhlakul karimsh

Kejujuran (ilustrasi).
Foto: Blogspot.com
Kejujuran (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Ahmad Rifai

Nabi Muhammad SAW hadir di tengah manusia untuk menebar akhlakul karimah. Melalui ucapan dan keteladanannya, beliau mengajak manusia berlomba memiliki akhlak yang mulia. Salah satu akhlak mulia yang beliau tekankan adalah kejujuran. Kejujuran adalah sumber segala kebaikan. Nabi SAW menegaskan dalam hadis yang artinya, "Hendaklah kalian selalu berlaku jujur, karena kejujuran membawa kepada kebaikan, dan kebaikan mengantarkan seseorang ke Surga.

Dan apabila seorang selalu berlaku jujur dan tetap memilih jujur, akan dicatat di sisi Allah sebagai orang yang jujur. (Muttafaqunalih). Manfaat jujur tidak saja bersifat pribadi, tetapi juga dirasakan maslahatnya oleh banyak orang. Nabi Muhammad shollallohu alaihi wasallam telah membuktikannya. Dengan kejujuran beliau, masyarakat Makkah sangat terbantu.

Saat mereka bepergian mereka bisa bernapas lega sebab harta berharganya tetap aman karena mereka titipkan kepada Rasulullah. Dengan bersemainya kejujuran akan mengeksiskan beragam kebaikan dan menyingkirkan keburukan di tengah masyarakat. Ibnul Qoyyim mengibaratkan sifat jujur seperti pedang Allah di muka bumi. Ia berkata, Kejujuran ibarat pedang Allah di muka bumi, tidak ada sesuatu pun yang diletakkan di atasnya melainkan akan terpotong olehnya.

Dan tidaklah kejujuran menghadapi kebathilan melainkan ia akan melawan dan mengalahkannya serta tidaklah ia menyerang lawannya melainkan ia akan menang. Barang siapa menyuarakannya, niscaya kalimatnya akan terdengar keras mengalahkan suara musuh-musuhnya. (Madârijus Sâlikîn, Ibnu Qoyyim al-Jauziah (2/279).

Sifat jujur sejatinya kebutuhan primer setiap orang. Kejujuran adalah sumber ketenangan. Nabi SAW bersabda yang artinya, Karena sesungguhnya jujur itu adalah (sumber) ketenangan dan dusta adalah (sumber) kebimbangan. (Riwayat Tirmidzi). Manfaat jujur itu memang terkadang tidak langsung bisa dinikmati. Tidak jarang buah kejujuran harus didahului dengan kepahitan dan kesulitan. Tapi dengan tetap sabar dalam kejujuran, pasti akan tiba masa kita merasakan keindahannya.

Ka'ab bin Malik salah satu fakta sejarah yang membuktikan hal tersebut. Saat absen dalam Perang Tabuk, ia bisa lolos dari hukuman dengan merekayasa alasan sehingga dinilai oleh Nabi sebagai orang yang absen karena ada uzur. Tapi Ka'ab enggan melakukan itu. Ia memilih jujur. Walhasil Rasulullah menghukumnya dengan tidak diajak berbicara oleh beliau dan seluruh kaum Muslimin Kota Madinah. Sungguh menyakitkan dan sangat menyulitkan. Tapi, ia bersabar karena ia yakin ujung dari itu semua adalah keindahan.

Ketika berlalu 50 hari masa pemboikotan, Allah memuliakannya dengan me nu runkan ayat yang memastikan jika tobatnya Ka'ab dan dua sahabat yang lain (Hilal dan Murarah) telah diterima oleh Allah. Menjadi sosok yang jujur membutuhkan kesabaran.

Sebab, dusta terkadang menawarkan sesuatu yang lebih menjanjikan dan menggiurkan. Untuk menepis tawaran yang sejatinya adalah fatamorgana, hendaklah kita selalu bersama dengan orang-orang jujur. Allah berfirman yang artinya, Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah, dan hendaklah kamu bersama orang-orang yang benar (jujur). (QS at- Taubah:119). n

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement