REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Kematian akibat senjata api di Amerika Serikat meningkat. Centers for Disease Control and Prevention (CDC) mencatat lebih dari 39.773 kematian pada 2017 disebabkan oleh senjata api.
Dilansir dari Aljazirah, Selasa (26/3) angka itu lebih besar 1.000 kematian dari tahun sebelumnya. Angka tertinggi dalam 50 tahun sejak CDC melakukan pencatatan.
Hampir 24 ribu kematian yang diakibatkan senjata api pada 2017 lalu adalah bunuh diri. Sekitar 14.500 lainnya karena pembunuhan. Sampai saat ini data 2018 belum dirilis.
Pada Mei 2018, seorang laki-laki melakukan penembakan massal di sebuah sekolah di Texas. Membunuh 10 orang dan melukai 13 lainnya.
Menurut Gun Violence Archive pada 2018, ada lebih dari 300 penembakan massal yang terjadi di AS termasuk di Pittsburgh, Thousand Oaks, dan Maryland. FBI mendefinisikan penembakan massal adalah penembakan yang jumlah korbannya lebih dari empat atau lebih.
Siswa-siswa di Amerika membuat sebuah proyek yang dinamakan Since Parkland, diambil dari nama kota tempat terjadinya penembakan di Stoneman Douglas High School pada 14 Februari 2018 lalu yang menewaskan 17 orang.
Proyek itu melibatkan 200 reporter remaja di seluruh Amerika yang berkerja sama dengan The Trace, The Miami Herald, dan media-media yang berada di bawah perusahaan penerbitan McClatchy. Proyek tersebut mempublikasikan kisah korban dan keluarga korban kekerasan senjata api di Amerika.
Gerakan ini menjadi perlawanan atas wabah kekerasan senjata api di Amerika Serikat (AS). Penembakan Parkland menjadi titik pijak para siswa di AS menjadi aktivis untuk mengakhiri kekerasan senjata api.
Penyintas penembakan Parkland David Hogg dan Emma Gonzalez menjadi tokoh nasional. Mereka sempat menggelar March For Our Lives pada 24 Maret 2018 lalu.
Unjuk rasa itu menuntut larangan kepemilikan senjata serbu, menghentikan penjualan magazin berkekuatan besar, memperketat proses pemeriksaan latar belakang calon pembeli, membatasi penembakan di jalanan, larangan kepemilikan senjata bagi pelaku kekerasan domestik dan mengakhiri perdagangan senjata. Jutaan orang dari 800 kota di seluruh AS ikut dalam unjuk rasa itu.