REPUBLIKA.CO.ID, SEATTLE -- Boeing Co telah memprogram ulang perangkat lunaknya untuk tipe 737 MAX. Program ulang itu untuk mencegah kesalahan data yang dapat memicu sistem anti-stall.
Sistem anti-stall diyakini telah berulang kali membuat hidung pesawat menukik ke bawah. Hal itu ditemukan dalam investigasi kecelakaan Lion Air JT-610 yang jatuh di Perairan Karawang, Indonesia pada Oktober 2018 lalu.
Selain itu, Boeing akan menonaktifkan dua sensor aliran udara yang mengukur data penerbangan utama, yang menimbulkan pembacaan data berbeda. Wakil Presiden untuk Strategi Produk dan Pengembangan Pesawat Masa Depan Boeing, Mike Sinnett mengatakan, Boeing memastikan tidak akan ada lagi kecelakaan serupa di masa mendatang.
"Kami akan melakukan segalanya untuk memastikan bahwa kecelakaan seperti ini tidak pernah terjadi lagi di masa mendatang," ujar Sinnett.
Sinnet mengatakan, perubahan perangkat lunak dilakukan selama berbulan-bulan melalui ratusan pengujian di pabrik besar Boeing di Renton, Washington. Salah satu penyebab kecelakaan fatal yang terjadi di Indonesia dan Ethiopia yakni adanya kesalahan dalam Sistem Augmentasi Karakteristik Manuver (MCAS).
Boeing menyatakan, MCAS tidak akan lagi berulang kali melakukan koreksi ketika pilot mencoba untuk mendapatkan kembali kendali, dan secara otomatis akan terputus jika terjadi pertentangan antara dua sensir angle of attack (AOA). Boeing juga akan memasang fitur peringatan yang disebut disagree light untuk menunjukkan kepada pilot ketika sensor AOA kiri dan kanan tidak sinkron.
Selain itu, Boeing juga merevisi pelatihan pilot termasuk bagi mereka yang sudah mendapatkan sertifikasi 737 MAX. Hal itu untuk memberikan peningkatan pemahaman tentang sistem penerbangan 737 MAX dan prosedur kru.
Sebelumnya, Boeing Co mengundang lebih dari 200 pilot dari sejumlah maskapai penerbangan, pemimpin teknis, dan regulator dalam sesi penyampaian informasi.
Pertemuan tersebut dilaksanakan di Renton, Washington pada Rabu (27/3) mendatang.
Dalam pernyataannya, Boeing mengatakan, sesi tersebut merupakan bagian dari pembahasan untuk pembaruan perangkat lunak dan pelatihan untuk seri Boeing 737 MAX. Perbaikan sistem itu dilakukan menyusul terjadinya kecelakaan fatal yang menimpa Lion Air dan Ethiopian Airlines dalam jangka waktu berdekatan dan pola jatuh yang sama.
Sementara itu di Washington, Administrasi Penerbangan Federal (FAA) menghadiri sidang Senat dan menghadapi pertanyaan keras dari sejumlah senator mengenai pengawasan sertifikasi pesawat, khususnya Boeing. Senator Richard Blumenthal menilai FAA lalai dalam melakukan pengawasan sertifikasi terhadap pesawat baru.
"Faktanya adalah FAA memutuskan untuk melakukan keselamatan dengan murah dan tidak aman," ujar Blumenthal dilansir Aljazirah.