Senin 01 Apr 2019 14:26 WIB

Tuhan yang tak Pernah Absen Mencoblos

Bagi Tuhan, satu suara sangat berarti untuk masa depan yang lebih baik.

DPT Pemilu Bernama Tuhan: Seorang buruh tani bernama Tuhan memperlihatkan KTP Elektronik miliknya di Kelurahan Slawu, Patrang, Jember, Jawa Timur, Rabu (27/2/2019).
Foto: Antara/Seno
DPT Pemilu Bernama Tuhan: Seorang buruh tani bernama Tuhan memperlihatkan KTP Elektronik miliknya di Kelurahan Slawu, Patrang, Jember, Jawa Timur, Rabu (27/2/2019).

REPUBLIKA.CO.ID, Saya selalu menyempatkan datang ke TPS (tempat pemungutan suara) untuk mencoblos setiap ada pemilu dan biasanya saya datang pagi-pagi sekali sebelum bekerja menjadi buruh tani di sawah. Petugas sudah tahu dan mereka datang lebih pagi juga, kata Tuhan, beberapa waktu lalu.

Tuhan adalah warga Kelurahan Slawu, Kecamatan Patrang, Kabupaten Jember, Jawa Timur. Memiliki nama unik yang diberikan oleh orang tuanya sejak lahir merupakan kebanggaan tersendiri bagi Tuhan (69 tahun).

Meski nama aslinya bernama Tuhan, tetangganya sering kali memanggilnya dengan nama Pak Farida karena anak pertamanya bernama Farida. Ia juga akrab dipanggil `Pucit'yang merupakan panggilannya sejak kecil di kampung halaman asalnya di Kelurahan Gebang, Kecamatan Patrang.

Pucit yang lahir 26 September 1950 itu tidak lagi dipanggil Tuhan setelah menikah dengan Misnawati (58) dan memiliki dua anak yang bernama Farida dan Siti Romlah Handayani. Bahkan, saat ini jarang orang tahu kalau namanya Tuhan, seperti yang tertera di kartu tanda penduduk (KTP).

Ia mengaku tidak punya beban menyandang nama Tuhan yang diberikan orang tuanya karena selama ini tidak pernah ada orang mencibirnya atau mempersoalkan dengan nama yang dimilikinya. Bahkan, ia berusaha menjalani hidup dengan cara sederhana, giat bekerja, selalu menolong orang lain, dan beribadah sesuai agama Islam.

Tuhan yang sehari-hari menjadi buruh tani dan mencari rumput untuk dua ekor sapi milik tetangganya itu selalu berangkat pagi-pagi sekali untuk bekerja di sawah atau ladang orang lain. Ia bekerja tanpa mengeluh dalam usianya yang kini tak lagi muda dan menerima bayaran berapa pun yang diberikan pemilik lahan kepadanya.

Meski hanya sebagai buruh tani yang tidak memiliki lahan, bapak dua anak itu tetap berusaha mencukupi kebutuhan sehari-hari keluarganya dan dibantu dengan istrinya yang juga sebagai buruh tani. Kendati buta aksara, ia selalu aktif mengikuti kegiatan di lingkungannya, seperti pengajian dan kegiatan RT atau RW di lingkungan setempat. Tuhan tidak pernah absen untuk menyalurkan hak pilihnya setiap ada kegiatan pemilu lima tahunan di wilayah setempat.

Tuhan mengaku selalu datang ke TPS untuk menyalurkan hak suaranya setiap ada momentum pesta demokrasi lima tahunan dan tidak pernah absen meskipun dalam keadaan sakit. Menurut dia, satu suara yang diberikan warga sangat berarti untuk masa depan yang lebih baik. Hal itu dilakukan karena merupakan kewajiban sebagai warga negara.

Tuhan mengaku tidak pernah absen atau golput dalam pemilu karena kehadirannya ke TPS juga sangat diharapkan penyelenggara pemilu untuk mendongkrak partisipasi pemilih di wilayah setempat. Meskipun kadang ia tidak tahu visi-misi kandidat pemimpin bangsa tersebut dan hanya melihat dari televisi serta berdiskusi dengan anaknya.

Ia juga tidak pernah dipaksa untuk menyalurkan hak pilihnya dan memilih calon tertentu karena Tuhan sadar bahwa pilihannya sesuai hati nurani maupun ketika berada di dalam bilik suara. Ia akan mencoblos sesuai petunjuk sah surat suara yang pernah disosialisasikan dari penyelenggara pemilu.

Pada Pemilu 2019, Tuhan mengaku sudah punya pilihan untuk memilih pasangan calon presiden dan calon wakil presiden (capres-cawapres) serta anggota DPRD Jember berdasarkan informasi yang didapatnya dari pengajian dan anaknya. Namun, untuk DPR, DPRD Provinsi Jatim, dan DPD, dia masih belum memiliki pilihan.

Ia juga meminta kedua putrinya yang sudah berkeluarga untuk menyalurkan hak pilihnya dan melarang keras untuk tidak memilih (golput). Pasalnya, tindakan itu dinilai tidak baik untuk menyukseskan pemilu.

Farida yang merupakan anak pertama Tuhan mengatakan, bapaknya selalu datang ke TPS setiap pemilu. Petugas kelompok penyelenggara pemungutan suara (KPPS) juga mafhum kalau Tuhan selalu hadir di TPS lebih awal sebelum bekerja.

Meski bapaknya hanya setahun mengenyam pendidikan dan masih buta aksara, dia menambahkan, kesadaran politik Tuhan untuk menyalurkan hak suaranya di TPS sangat tinggi dan patut diapresiasi dalam menyukseskan pemilu. Setiap pesta demokrasi, Tuhan tidak pernah golput dan selalu mengajak keluarga serta tetangganya untuk datang ke TPS.

Sementara itu, data Komisi Pemilihan Umum (KPU)Jember mencatat sejumlah nama `Tuhan' masuk dalam daftar pemilih tetap (DPT) Pemilu 2019. Enam nama Tuhan itu tersebar di lima kecamatan, kata komisioner KPU Jember, Ahmad Hanafi.(antara, ed: mas alamil huda)

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement