REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK -- Harga minyak dunia turun tipis pada penutupan perdagangan Rabu (3/4) atau Kamis (4/4) pagi WIB setelah data Pemerintah Amerika Serikat (AS) menunjukkan peningkatan mengejutkan dalam persediaan minyak mentahnya. Tetapi harga di pasar berjangka bertahan di dekat level tertingginya dalam hampir lima bulan, karena penurunan produksi yang dipimpin OPEC dan sanksi-sanksi terhadap Iran memperketat prospek pasokan.
Minyak mentah Brent untuk pengiriman Juni sedikit melemah 0,06 dolar AS menjadi ditutup pada 69,31 dolar AS per barel di London ICE Futures Exchange. Patokan global menyentuh tertinggi sesi di 69,96 dolar AS, yang terkuat sejak 12 November, ketika mereka diperdagangkan di atas 70 dolar AS.
Sementara itu, minyak mentah AS, West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Mei turun 0,12 dolar AS menjadi menetap pada 62,46 dolar AS per barel di New York Mercantile Exchange, setelah sempat mencapai 62,99 dolar AS, tertinggi sejak 7 November.
Persediaan minyak mentah di Amerika Serikat naik 7,2 juta barel pekan lalu, karena impor bersih naik, produksi sedikit lebih tinggi ke rekor baru dan tingkat penyulingan melambat, kata Badan Informasi Energi AS (EIA). Padahal para analis memperkirakan penurunan 425.000 barel.
"Impor minyak mentah naik dan ekspor minyak mentah turun, yang berarti impor bersih jauh lebih tinggi. Pemrosesan minyak mentah tetap lebih rendah dari biasanya. Produksi minyak mentah naik ke level rekor baru 12,2 juta barel per hari," kata analis Commerzbank, Carsten Fritsch.
"Semua ini berkontribusi pada peingkatan stok yang besar."
Meskipun ada peningkatan tajam dalam persediaan minyak mentah AS, para pelaku pasar mengatakan harga diposisikan untuk bergerak naik karena pengetatan pasokan global dan tanda-tanda permintaan meningkat.
"Itu adalah masalah yang telah mendukung pasar di sini," kata Direktur Berjangka Mizuho, Bob Yawger di New York.
"Pada akhir hari, pasar ini benar-benar diganggu dan ingin diperdagangkan lebih tinggi."
Minyak mentah berjangka didukung oleh upaya berkelanjutan oleh Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan sekutunya seperti Rusia, sebuah kelompok yang dikenal sebagai OPEC+, untuk mengurangi produksi minyak sekitar 1,2 juta barel per hari tahun ini.
Pasokan dari negara-negara OPEC mencapai level terendah empat tahun pada Maret, sebuah survei Reuters menemukan minggu ini. Produksi minyak dari Rusia turun menjadi 11,3 juta barel per hari bulan lalu, tetapi gagal memenuhi target negara itu di bawah kesepakatan pasokan.
Dalam sinyal bahwa pasokan mungkin akan semakin ketat, seorang pejabat AS mengatakan pada Selasa (2/4) bahwa tiga dari delapan negara yang diberikan keringanan oleh Washington untuk mengimpor minyak dari Iran telah memotong pembelian tersebut menjadi nol, menambahkan bahwa peningkatan kondisi-kondisi pasar minyak akan membantu mengurangi ekspor minyak mentah Iran lebih lanjut.
Tetapi meskipun berada di bawah sanksi-sanksi AS, perusahaan energi milik negara Venezuela, PDVSA, mempertahankan ekspor minyaknya mendekati satu juta barel per hari pada Maret, dokumen PDVSA dan data Refinitiv Eikon menunjukkan.
Tanda-tanda kemajuan dalam negosiasi perdagangan AS dan China serta data aktivitas pabrik China dan AS yang positif dalam beberapa hari terakhir, juga telah membantu sentimen pasar dengan meredanya kekhawatiran tentang melemahnya permintaan minyak global.