Selasa 16 Apr 2019 11:26 WIB

Rusdi Kirana Kecam Boeing atas Kecelakaan Lion Air

Rusdi Kirana menyebut Boeing memperlakukan Lion Air seperti celengan.

Rep: Puti Almas/ Red: Nur Aini
Pendiri Lion Group - Rusdi Kirana
Foto: Republika/Putra M. Akbar
Pendiri Lion Group - Rusdi Kirana

REPUBLIKA.CO.ID, PARIS — Pendiri maskapai penerbangan Lion Air, Rusdi Kirana mengecam tindakan Boeing atas kecelakaan pesawat Boeing 737 Max yang terjadi pada Oktober 2018. Ia menilai sikap dari produsen pesawat terbesar di dunia itu tidak patut dilakukan, bahkan menurutnya Boeing memperlakukan Lion Air sebagai sebuah ‘celengan’. 

Dalam sebuah wawancara, Rusdi mengungkapkan bahwa Lion Air telah menghabiskan uang senilai puluhan miliar dolar AS untuk membeli pesawat Boeing. Hal itu bertujuan agar Lion Air menjadi salah satu maskapai murah terbesar di Asia. 

Baca Juga

“Mereka (Boeing) memandang rendah maskapai saya dan negara saya, meski kami memperlakukan mereka dengan baik. Mereka juga memandang rendah saya, hanya sebagai celengan mereka,” ujar Rusdi pada Senin (15/4).

Rusdi juga mengatakan sebagai pelanggan terbesar Boeing, Lion Air telah memesan 187 pesawat dan 200 lainnya sudah dikirimkan. Pada Desember 2018, Lion Air mengancam untuk menghentikan pesanan tersebut. Namun, tidak ada informasi lebih lanjut terkait hal tersebut. 

Kecelakaan pesawat Boeing 737 Max pertama kali terjadi pada Lion Air JT610 tujuan Jakarta - Pangkal Pinang. Hingga kemudian, pada 10 Maret lalu kecelakaan juga terjadi pada Ethiophian Airlines yang menggunakan jenis pesawat Boeing yang sama. 

Sejumlah pakar mengatakan terdapat fitur anti-stall dalam pesawat tersebut yang membuat terjadinya respons yang salah. Sebelumnya, pihak berwenang Ethiophia juga mengumumkan hasil penyelidikan yang menyatakan adanya persamaan jelas atas dua peristiwa kecelakaan Boeing 737 Max itu, berdasarkan hasil analisis kotak hitam Ethiophian Airlines. 

Setelah kecelakaan Lion Air JT610, Boeing mengeluarkan pernyataan yang berisi tiga hal terkait tindakan pilot saat kecelakaan berlangsung. Selain itu, mereka juga membahas mengenai pemeliharaan pesawat, yang sebelumnya tidak pernah disebutkan dalam laporan awal. 

Namun, ketika laporan tentang kecelakaan Ethiophian Airlines datang, Boeing mengatakan sedang meninjau perangkat lunak (software) anti-stall yang dicurigai memicu kecelakaan tersebut. Hal itu dilakukan Boeing seiring dengan tekanan dari banyak negara yang memutuskan untuk menarik pesawat dari perusahaan produsen tersebut.

Rusdi mengatakan Boeing telah menunjukkan inkonsistensi dalam tanggapannya terhadap dua kecelakaan pesawat yang melibatkan produk mereka. Ia mempertanyakan mengapa hal itu bisa terjadi. 

“Boeing bersikap menyalahkan pada kecelakaan yang pertama dan yang kedua mereka meminta maaf,” kata Rusdi.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement