Rabu 17 Apr 2019 17:09 WIB

IIS Jadi Peta Jalan Pengembangan Industri Berbasis Teknologi

Potensi infrastruktur koneksi internet perlu ditingkatkan

Red: EH Ismail
Direktur Utama Pupuk Kaltim Bakir Pasaman menerima penghargaan dari Wakil Presiden RI Jusuf Kalla, didampingi Menteri Perindustrian RI Airlangga Hartarto, pada pembukaan Indonesia Industrial Summit (IIS) 2019 di ICE BSD Tangerang Banten, Senin (15/4).
Foto: Foto: Humas Pupuk Indonesia
Direktur Utama Pupuk Kaltim Bakir Pasaman menerima penghargaan dari Wakil Presiden RI Jusuf Kalla, didampingi Menteri Perindustrian RI Airlangga Hartarto, pada pembukaan Indonesia Industrial Summit (IIS) 2019 di ICE BSD Tangerang Banten, Senin (15/4).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Indonesia Industrial Summit (IIS) merupakan tonggak sejarah setahun usia peta jalan pengembangan Industri Indonesia berbasis teknologi IOT. Di dalamnya terdapat konsep dan perencanaan untuk realisasi yang telah disusun dengan matang.

Pakar manajemen bisnis dari ITS (Institut Teknologi Sepuluh Nopember), Arman Hakim Nasution mengatakan, kegiatan yang digelar selama 15 dan 16 April 2019 itu merupakan kebanggaan semua pihak. 

Sebagaimana diperkenalkan oleh Menperin Airlangga Hartarto, kata Arman sebagai salam 4 Jari, progress roadmap Making Indonesia 4.0 (selanjutnya disingkat MI 4.0) sebenarnya perlu diapresiasi. Mengapa demikian? Lanjut Arman, karena inilah roadmap yang hanya dalam setahun telah mampu menelurkan hasil initial assesment kesiapan menuju era 4.0 dalam bentuk indeks INDI 4.0 (Indonesia Idustry 4.0 Readiness Index). 

Dikatakan, INDI 4.0 disusun Kemenperin bersama lembaga konsultan manajemen terkemuka McKinsey. Di antara negara-negara WEF, hanya Singapura dan Indonesia yang memilikinya.

“Berbasis mapping tersebut, langkah strategis MI 4.0 akan memiliki acuan dan terukur untuk mencapai tujuan yang dicanangan presiden Jokowi agar Indonesia menjadi 10 negara ekonomi dunia pada tahun 2030,” katanya.

Apakah visi tersebut sekedar mimpi? Menurut Arman, secara prediksi dengan mempertimbangkan dukungan strategis, visi tersebut bisa dicapai. Dukungan strategis yang dimaksud dengan danya potensi bonus demografi pada tahun 2030. Jumlah kalangan muda (millenial) berusia produktif akan lebih banyak dibandingkan golongan tua yang non produktif.

Kemudian, lanjut Arman, potensi infrastruktur koneksi internet Indonesia masuk ranking 100 dunia. Untuk fixed broadband posisinya pada ranking 89 (2016) dengan kecepatan 13,30 mbps. Meskipun demikian, potensi infrastruktur koneksi internet perlu ditingkatkan agar sejajar dengan Singapura, Malaysia dan Thailand,

“Kreatifitas SDM, yang secara empiris baru bisa disimpulkan dari banyaknya anak muda yang punya potensi "ngulik"(membedah program komputer dan membuat interface) sambil nongkrong di cafe-cafe,” katanya.

 

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement