REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING -- Pemerintah Cina kembali menghelat Belt & Road Initative (BRI) Forum di Beijing, Kamis (25/4). Acara yang diselenggarakan selama tiga hari itu akan dihadiri oleh 37 pemimpin negara dunia.
Berbeda dengan forum perdananya dua tahun lalu, BRI kali ini digelar di tengah meningkatnya kekhawatiran tentang tingginya utang yang harus dipikul negara-negara ketika terlibat dalam proyek infrastruktur Cina. Utang tersebut dinilai akan melipatgandakan pengaruh Cina, baik secara regional maupun global.
Menanggapi hal tersebut, Gubernur Bank Sentral Cina Yi Gang mengatakan bahwa mata uang lokal akan digunakan untuk investasi terkait dengan rencana BRI. Tujuannya adalah mengurangi risiko nilai tukar.
"Kita harus memperkuat utang dan manajemen risiko. Kita harus secara objektif dan sepenuhnya mengerti masalah utang negara-negara berkembang," ujar Yi.
"Keputusan investasi harus mengendalikan risiko secara efektif dan sepenuhnya mempertimbangkan keseluruhan kapasitas utang suatu negara serta memastikan uang itu berkelanjutan," kata Yi.
Yi mengungkapkan bahwa negaranya akan mengikuti prinsip-prinsip pasar dan mengandalkan dana komersial untuk pembiayaan BRI. Cina, kata dia, juga akan meningkatkan transparansi untuk proyek-proyek tersebut.
Wakil Presiden Komisi Eropa untuk Bidang Energi Maros Sefcovic mengatakan bahwa perusahaan-perusahaan Eropa siap terlibat dalam proyek infrastruktur BRI. Kendati demikian, bukan berarti Eropa tak memiliki keluhan apa pun terhadap Cina. Menurut Sefcovic rencana infratruktur BRI belum memiliki proses penawaran yang transparan serta terbuka.
"Perbedaan kami adalah kami ingin mendiskusikannya. Kami ingin bernegosiasi tentang hal itu. Kami ingin menyelesaikan dengan cara yang kooperatif," ujar Sefcovic merujuk pada Amerika Serikat (AS) yang menurunkan peringkat kehadirannya di forum tersebut.
Saat ditanya apakah ada bukti perusahaan Eropa memiliki lebih banyak akses ke proyek-proyek BRI, Sefcovic menjawab, "Saya tidak yakin."
Pekan lalu Menyeri Luar Negeri Cina Wang Yi menyatakan mengapresiasi setiap pihak atau negara yang terlibat dalam proyek BRI. Dia pun membantah tuduhan bahwa BRI dimaksudkan untuk menjebak negara-negara dalam utang dalam rangka memperbesar pengaruh Cina.
"BRI bukan alat geopolitik, tapi platform kerja sama. Kami menyambut semua pihak untuk mengambil bagian di dalamnya," ujar Wang, dikutip laman the Guardian.