REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Segala sesuatu merupakan ciptaan Allah. Segalanya pun akan kembali kepada-Nya. Hal itulah yang disampaikan Khalifah Utsman bin Affan.
Sang pengganti kepemimpinan Umar bin Khaththab itu sedang mengingatkan kaummnya yang sudah dipanas-panasi sang pemfitnah, Abdullah bin Saba'. "Maka dari itu, janganlah pemuka-pemuka kalian merasa berat mendekatiku. Bagaimanapun juga, aku akan menerima mereka."
Namun, tipu muslihat Abdullah bin Saba' lebih kuat. Dia tetap berhasil mengerahkan para pemberontak untuk mengepung Utsman. Menghadapi pengepungan ini, Utsman memilih bersabar dan tidak ingin ada pertumpahan darah.
Sebuah riwayat menjelaskan, Ibnu Umar saat berbincang dengan Utsman pada masa pengepungan para pemberontak, dia berkata. "Dan yang ada di depanmu ini adalah aku wahai Amirul Mukminin. Perintahlah aku dengan apa saja yang menjadi kehendakmu!"
Utsman menjawab, "Semoga Allah membalas keluarga Umar bin Khattab RA dengan kebaikan." Dia ucapkan kalimat ini dua kali. Kemudian, Utsman berkata, "Aku tidak perlu meneteskan darah."
Kesaksikan Abu Hurairah
Kisah yang dituturkan Abu Hurairah pun tak kalah mengharukan. Pada masa pengepungan itu, Abu Hurairah RA bercerita, salah satu kelompok yang tengah berada di rumah Utsman terkena panah (yang dilepaskan dari luar rumah).
Abu Hurairah pun berkata kepada Utsman, "Wahai Amirul Mukminin. Sekarang saat yang tepat untuk melawan mereka. Mereka telah membunuh salah seorang teman kita."
Utsman bin Affan menjawab, "Aku sangat berharap kepadamu wahai Abu Hurairah untuk membuang pedang (yang ada di tanganmu). Yang menjadi sasaran adalah aku. Dan aku akan melindungi kaum mukminin dengan diri sendiri."
Abu Hurairah pun melempar pedangnya hingga tidak tahu berada di mana. Malangnya, para pemberontak mulai menyerang. Mereka mendobrak pintu dan mencoba melewati cucu Nabi, yakni Hasan dan Husain.
Mereka pun tak menggubris para sahabat, seperti Abdullah bin Zubair dan Abdullah bin Umar yang ketika itu sedang menjaga Utsman. Bentrokan tidak bisa dihindari. Para pemberontak mengalahkan penjaga dan berhasil masuk ke dalam rumah.
Muhammad bin Abu Bakar, orang yang terkena provokasi pemberontak, memegang janggut Utsman. Utsman berkata, "Wahai putra saudaraku, lepaskan janggutku. Demi Allah, dulu ayahmu menghormati janggutku ini. Jika dia tahu posisi kamu sekarang, ia akan merasa malu akan tindakanmu."
Mendengar ini, Muhammad bin Abu Bakar gemetar. Dia pun keluar dari rumah Utsman dengan bercucuran air mata karena menyadari kekeliruannya.
Anak Abu Bakar ash-Shiddiq itu pun berbalik mengarahkan pedangnya kepada para pemberontak. Sementara itu, Utsman yang tengah berpuasa menyibukkan dirinya dengan Alquran. Para pemberontak tidak surut. Mereka menyabet pedang ke tubuhnya.
Jarinya terputus. Pedang-pedang itu pun menusuk tubuh Utsman. Dia hanya terdiam tidak bisa berbuat apa-apa. Pada usianya yang mencapai 80 tahun, Utsman wafat.
Kematian Utsman seperti apa yang disampaikan di dalam hadis yang bersumber dari Abu Musa al-Asy'ari.
"Pada suatu hari Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam masuk ke sebuah kebun dari kebun-kebun Madinah… lalu datang Utsman. Aku berkata, 'Tunggu dulu! Sehingga aku memohon izin (kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam) untukmu,' kemudian Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam berkata, 'Izinkanlah ia, berilah kabar kepadanya dengan Surga, bersamanya ada musibah yang menimpanya.'