Kamis 02 May 2019 17:35 WIB

Pertumbuhan Industri Pengolahan Besar dan Sedang Melambat

Pertumbuhan negatif terbesar terjadi pada sektor jasa separasi.

Rep: Dedy Darmawan Nasution/ Red: Friska Yolanda
Badan Pusat Statistik merilis laju inflasi nasional sepanjang bulan April di Jakarta, Kamis (2/4). Selama bulan April 2019, BPS mencatat terjadi kenaikan signifikan terhadap inflasi menjadi 0,44 persen. Pemicu utama inflasi yakni disebabkan oleh kelompok bahan makanan, khususnya bawang merah, bawang putih
Foto: Republika/Dedy D Nasution
Badan Pusat Statistik merilis laju inflasi nasional sepanjang bulan April di Jakarta, Kamis (2/4). Selama bulan April 2019, BPS mencatat terjadi kenaikan signifikan terhadap inflasi menjadi 0,44 persen. Pemicu utama inflasi yakni disebabkan oleh kelompok bahan makanan, khususnya bawang merah, bawang putih

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pertumbuhan produksi di sektor industri manufaktur skala besar dan sedang tercatat mengalami perlambatan sepanjang kuartal I 2019 secara tahunan. Badan Pusat Statistik (BPS) menyatakan, pertumbuhan negatif terbesar terletak pada industri jasa reparasi, pemasangan mesin dan peralatan.

Pada kuartal I 2019, industri manufaktur skala besar dan sedang tercatat hanya tumbuh 4,55 persen. Dibanding periode sama tahun lalu (year on year/yoy), industri mampu tumbuh hingga 5,36 persen. Sementara, dibanding kuartal IV 2018, kuartal I tahun ini mengalami sedikit kenaikan karena akhir tahun lalu industri hanya tumbuh 3,90 persen.

“Memang mengalami perlambatan. Jadi, posisi pertumbuhan industri manufaktur besar dan sedang kuartal I tahun ini hampir sama dengan posisi pada tahun 2017,” kata Suhariyanto dalam Konferensi Pers di Kantor Pusat BPS, Jakarta, Kamis (2/5).

Lebih detail, ia merinci, pertumbuhan negatif terbesar terjadi pada sektor jasa reparasi, pemasangan mesin, dan peralatan. Sektor tersebut turun 20,98 persen secara tahunan dan anjlok 23,13 persen secara kuartalan.

Adapun sektor lain yang juga tumbuh negatif secara tahunan yakni industri kendaraan bermotor, trailer dan semi trailer minus 5,97 persen, dan industri karet, barang dari karet dan plastik minus 9,88 persen.

Sementara itu, pertumbuhan negatif secara kuartalan dialami oleh industri sektor mamin minus 5,42 persen, industri kendaraan bermotor, trailer, dan semi trailer minus 10,46 persen, industri pengolahan tembakau minus 1,15 persen, industri kertas dan barang dari kertas minus 3,72 persen industri karet, barang dari karet dan plastik minus 6,62 persen serta industri tekstil minus 1,74 persen.

“Ke depan, kita harapkan pertumbuhan ini bisa lebih kencang lagi sehingga bisa menaikkan pertumbuhan ekonomi kita,” kata Suhariyanto.

Adapun sektor yang mengalami pertumbuhan positif terbesar pada kuartal I 2019 yakni industri pakaian jadi yang tumbuh 29,19 persen secara tahunan dan industri furnitur 12,61 persen secara kuartalan.

Suhariyanto mengatakan, situasi kondisi industri manufaktur skala besar dan kecil berbanding terbalik dengan industri skala mikro dan kecil. BPS mencatat, pada kuartal pertama tahun ini, sektor tersebut tumbuh 6,88 persen. Lebih tinggi dibanding kuartal IV 2018 sebesar 5,38 persen maupun dibandingkan kuartal I 2018 5,25 persen.

Secara sektoral, industri yang paling mengalami pertumbuhan positif yakni industri pencetakan dan reproduksi media rekaman sebesar 29,63 persen secara tahunan. Adapun secara kuartalan, industri yang tumbuh pesat yaitu komputer, barang elektronik, dan optik yang naik hingga 15,76 persen.

Deputi Bidang Statistik Produksi BPS, Habibullah, mengatakan, pada kuartal pertama ini kegiatan produksi sektor industri dalam negeri memang masih didominasi oleh industri skala mikro dan kecil. Sementara, untuk skala besar dan sedang masih dalam tahap menunggu kesiapan stok dan bahan baku untuk melakukan produksi.  

“Di daerah-daerah justru skala mikro dan kecil yang bergerak tinggi sekali,” ujar dia.

Meski demikian, Habibullah menegaskan, kontribusi ekonomi terhadap sektor industri yang menjadi salah satu penopang pertumbuhan ekonomi nasional didominasi oleh skala besar dan sedang. Andilnya, kata dia, lebih dari 90 persen, sedangkan sisanya diisi oleh skala mikro dan kecil.

Namun, ia enggan menjelaskan bagaimana dampak dari adanya perlambatan kegiatan produksi industri manufaktur besar dan kecil terhadap pertumbuhan ekonomi kuartal I 2019. “Kita belum tahu. Masih di hitung. Hasilnya akan dirilis pekan depan,” kata dia.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement