Senin 06 May 2019 23:44 WIB

Harapan Syekh Nawawi Saat Menulis Kitab Nashaih al-Ibad

Kitab Nashaih al-Ibad merupakan kitab populer di kalangan pesantren.

Rep: Muhyiddin/ Red: Nashih Nashrullah
Ilustrasi Kitab Kuning
Foto: Republika/Prayogi
Ilustrasi Kitab Kuning

REPUBLIKA.CO.ID, Di kalangan santri, kitab Nashaih al-Ibad di Bayan al-Alfadz Munabbihat ala al-Isti’dad li Yaum al-Ma’ad, sangat populer bukan saja karena isi kandungan yang kaya meski dengan halaman tak terlalu tebal, tetapi juga sebab kitab ini dikarang tokoh asli Nusantara, yaitu Syekh Imam Nawawi Al-Bantani. Syekh Nawawi Al-Bantani merupakan ulama besar yang lahir pada 1815 M di Kampung Tanara, sebuah desa kecil di Kecamatan Tirtayasa, Kabupaten Serang, Provinsi Banten. 

Kitab kuning yang satu ini memiliki peran sentral di jantung pemahaman agama masyarakat Muslim Indonesia. Kitab Nashaihul ‘Ibad ditulis dengan menggunakan bahasa Arab, tapi kini telah banyak diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia. Nasihat-nasihat yang terkandung dalam kitab Nashaihul ‘Ibad akan menggugah kesadaran umat Islam Indonesia untuk lebih dekat kepada Allah. Dalam buku ini, Syekh Nawawi menawarkan berbagai macam solusi agar membenahi kekurangan-kekurangan umat selama ini. 

Baca Juga

Dalam mukadimah kitab Nashaih al-‘ibad, Syekh Nawawi menjelaskan bahwa kitab yang disusunnya ini merupakan syarah (kitab penjelas) dari kitab kumpulan nasihat karya Syekh Syihabuddin Ahmad ibn Ali ibn Muhammad ibn Ahmad al-Syafi’i. Syekh Syihabuddin juga masyhur dikenal sebagai Ibnu Hajar al-Asqalani al-Mishri.

Syekh Nawawi menamai kitab ini dengan judul, yang artinya "Kumpulan Nasihat Bagi Para Hamba dalam Menjelaskan Kata-Kata Peringatan untuk Bersiap Menghadapi Hari Kiamat. “Saya berharap, semoga Allah menjadikan kitab ini bermanfaat bagi umat Islam dan menjadikannya tabuangan amal hingga hari kiamat kelak. Amin,” tulis Syekh Nawawi.

Sayangnya, dalam mukadimah buku ini, Syekh Nawawi tidak menjelaskan tentang latarbelakang penulisan kitab ini. Namun, ada beberapa sumber yang menyebutkan bahwa Syekh Nawawi menulis kitab karena adanya permintaan dari murid-muridnya.

Selain itu, Syekh Nawawi juga menulis kitab untuk memelihara ajaran-ajaran Islam yang tertuang dalam kitab-kitab klasik, sehingga karya Syekh Nawawi kebanyakan adalah kitab syarah dari kitab-kitab turats karya ulama terdahulu.

Kitab Nashaihul ‘Ibad ini berisi beberapa nasihat yang akan mencerahkan umat, sehingga bisa mempersiapkan diri untuk menghadapi Hari Kiamat. Nasihat-nasihat di dalam kitab ini dikelompokkan menjadi 10 bab yang berisi 214 nasihat. 

Sebanyak 45 nasihat di antaranya bersumber dari hadits dan selebihnya adalah atsar atau ucapan para sahabat dan pengikut nabi. Penulisan kitab ini diselesaikan Syekh Nawawi pada Kamis, 21 Safar 1311 H1893 M.

Kitab Nashaihul ‘Ibad merupakan kitab yang berisi ajaran-ajaran tasawuf Islam. Mutiara nasihat dalam buku ini disajikan secara sederhana, sehingga memudahkan para pembaca untuk memahaminya.

Di setiap babnya, Syekh Nawawi selalu memberikan uraian terkait jumlah nasihat yang akan dipaparkannya. Misalnya, dalam bab pertama Syekh Nawawi menyebutkan ada 30 pedoman dengan perincian empat sabda Nabi Muhammad saw dan sisanya adalah ucapan sahabat atau tabi’in. Masing-masing pedoman memuat dua poin nasihat.

Sementara, sumber kitab hadits yang digunakan Sykeh Nawawi di antaranya adalah kutub al-tis’ah. Sayangnya, hadis-hadis yang terdapat dalam kitab ini tidak semuanya berkualitas shahih, ada juga hadits dhaif yang terkadang dipermasalakan.

 

 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement