REPUBLIKA.CO.ID, AMSTERDAM -- Pelatih Tottenham Hotspur Mauricio Pochettino mempunyai kenangan heroik ketika masih menjadi pemain Newell’s Old Boys. Pada semifinal Copa Libertadores 1992 melawan tim asal Kolombia, America de Cali, Newell’s lolos ke partai final melalui perjuangan yang besar.
Pada leg pertama di kandang Newell’s, skor imbang 1-1. Di leg kedua, skor pun berakhir 1-1 di waktu normal. Pada babak perpanjangan waktu, tak ada gol penentu kemenangan sehingga harus diakhiri dengan adu tendangan penalti.
Pochettino menjadi penendang ketujuh. Namun, ia gagal menjalankan tugasnya. Rekan satu timnya, Christian Domizzi, sebagai penendang kedelapan juga gagal.
Beruntung, penendang ketujuh dan kedelapan Cali juga gagal mengeksekusi penalti sehingga skor masih imbang. Newell’s akhirnya memenangkan pertandingan dengan skor 11-10. Itu berkat kegemilangan kiper Newell’s Norberto Scoponi. Newell’s kalah di partai puncak dari Sao Paolo.
Kenangan itu sangat berharga bagi Pochettino. Menurut dia, pertandingan tersebut adalah laga luar biasa dan selalu diingat dalam kariernya sebagai pemain. Semangat pantang menyerah dalam peristiwa itu ingin ia tanamkan kepada pemainnya di leg kedua semifinal Liga Champions melawan Ajax Amsterdam, Kamis (9/5) dini hari WIB.
Pochettino yakin Tottenham akan lolos ke final Liga Champions jika anak asuhnya bermain dengan keberanian dan mempunyai mental juara. Situasi yang dialami Newel pada tahun 1992 dapat ditiru oleh Tottenham. "Mungkin saja jika Anda bermain dengan berani dan bermain dengan mental pemenang," kata Pochettino.
Ketika ditanya apakah peristiwa Newell's 1992 lalu bisa terulang pada Tottenham, Pochettino menjawab, "Itu adalah hal yang paling penting,” kata dia dikutip dari Sky Sports, Rabu (8/5).
Tottenham kalah pada leg pertama 0-1. Meski tampil di kandang sendiri, Tottenham mendapatkan tekanan terus menerus dari Ajax. Melihat penampilan anak asuhnya kala itu, Pochettino mengaku kecewa.