REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Chief Executive Officer Bank Muamalat, Achmad Kusna Permana menyampaikan perseroan telah menyiapkan strategi pasca suntikan dana segar. Proses akuisisi oleh Al Falah Investment dalam proses right issue akan disahkan pada Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) pada 17 Mei 2019 mendatang.
Permana menyampaikan Bank Muamalat akan lebih gencar pada pendanaan tahun ini. Sementara pembiayaan akan berangsur ditahan seiring dengan perbaikan kualitas.
"Mungkin pada semester II kami bisa mulai agresif pembiayaan lagi," kata Permana di Kantor PBNU, Rabu (8/5).
Ia menyebut kekuatan Bank Muamalat adalah segmen ritel sehingga peningkatan layanan akan fokus di sana. Loyalitas nasabah tetap terjaga meski perseroan menghadapi permasalah pendanaan. Ia menilai dana ritel ini tidak banyak terganggu di waktu belakangan.
Permana mengatakan Bank Muamalat menargetkan peningkatan penghimpunan Dana Pihak Ketiga (DPK) sekitar 12 persen tahun ini. Dengan komposisi dana murah atau CASA akan ditingkatkan dari sekitar 30 persen jadi 42 persen di akhir 2019.
Menurutnya, Bank Muamalat berkomitmen untuk meningkatkan layanan terutama customer experience. Perseroan berupaya mengubah citra Bank Muamalat menjadi lebih modern dan profesional dengan bantuan teknologi.
Bank syariah pertama di Indonesia ini juga mengadopsi gaya hidup kekinian yang disesuaikan dengan syariah. Salah satu caranya adalah dengan mendirikan kafe Muamalat Hijrah Coffee yang dapat melayani operasional perbankan, seperti pembuatan rekening.
Menggencarkan pendanaan juga dilakukan Bank Muamalat dengan mencari suntikan dana segar lain pasca Rp 2 triliun dari Al Falah Investment. Komisaris Bank Muamalat, Iggi H Achsien mengatakan Bank Muamalat berupaya mencari suntikan dana baru hingga total Rp 4 triliun.
Pasca RUPS yang mengesahkan masuknya sambungan nafas dari Ilham Habibie, perseroan akan mencari tambahan Rp 2 triliun lagi. Sebelumnya, Koperasi Simpan Pinjam Jasa (Kospin Jasa) telah menyampaikan rencana konsorsium yang dipimpinnya untuk suntik dana sebesar Rp 250-300 miliar.
Permana berharap dana awal Rp 2 triliun pada RUPS akan membuka kesempatan baru bagi investor lainnya. Ini menjadi langkah awal yang harus dilalui setelah meminta izin pada para pemegang saham dalam peluncuran Rancangan Akusisi beberapa waktu lalu.
"Setelah langkah ini kita selesaikan dulu, kita akan melangkah lagi selanjutnya," kata Iggi.
Dalam rancangan akusisi, Al Falah bermaksud untuk mengambil bagian sekitar 77,1 persen dari keseluruhan atas saham baru yang akan diterbitkan oleh Bank Muamalat. Modal masuk dalam Penawaran Umum Terbatas, melalui pelaksanaan Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (HMETD).
Saham tersebut akan dimilikinya dengan cara membeli HMETD dari pemegang saham Bank Muamalat tertentu saat ini dan atau dengan berperan sebagai pembeli siaga dalam Penawaran Umum Terbatas Bank Muamalat. Al Falah dapat bertindak sebagai pembeli siaga bersama dengan pembeli siaga lainnya untuk secara sendiri-sendiri membeli saham yang tidak diambilbagian.