REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dai Ambassador Corps Dai Dompet Dhuafa (Cordofa) yang dikirim ke Korea Selatan telah tiba di Seoul. Seperti diketahui, Cordofa kembali menggelar Program Dai Ambassador dengan mengirimkan 29 duta dakwah ke 16 negara.
Tujuh di antaranya ditugaskan di Korsel. Ketujuh Dai Ambassador Korsel 2019 itu disambut oleh Imam Besar Masjid Islamic Center Seoul di Itaewon, Abdurrahman Lee, Pincab Dompet Dhuafa (DD) Korea, Boarder DD Korea, dan perwakilan masjid-masjid di Korea. Selain tujuh dai ini, masih ada satu dai yang akan menyusul ke Korea di akhir pekan ini.
Pengiriman dai dilakukan bekerja sama dengan KMI Korsel dan KMF. Setibanya di Seoul, mereka langsung dibawa ke Masjid Islamic Center Seoul di Itaewon.
Para dai tersebut akan ditempatkan di kota yang berbeda di seluruh Korsel. Kota Penyebaran Dai Ambassador 2019 di Korea Selatan di antaranya di Yongin, Cheonan, Baran, Daegu, Seonnam, Busan, Jeollanamdo, dan Seoul.
Di akhir pekan, para dai akan melakukan safari dakwah ke masjid-masjid di kota terdekat dari masjid penempatan Dai. Mereka akan bertugas selama Ramadhan dan Idul Fitri di Korsel.
Dompet Dhuafa melalui Cordofa rutin mengirimkan dai ke luar negeri secara berturut-turut sejak 2013. Korsel adalah salah satu tujuan para dai. Koordinator Dakwah Internasional Cordofa, Hardy Agusman, mengatakan demi menunjang pengetahuan dan kemampuan sebelum penugasan, setiap dai mendapatkan pembekalan materi.
Pembekalan materi itu termasuk pembahasan ZISWAF, pendekatan psikososial, gerakan filantropi global, fikih ikhtilaf, diplomasi kemanusiaan, serta kunjungan ke program pemberdayaan Dompet Dhufa.
"Program Dai Ambassador Dompet Dhuafa bermitra dengan berbagai institusi dan komunitas, di antaranya KBRI dan KJRI, NGO lokal, Persatuan Pelajar Indonesia (PPI), dan kantor perwakilan Dompet Dhuafa di luar negeri," kata Hardy, dalam keterangan rilis yang diterima Republika.co.id, Kamis (9/5).
Selama penugasan, para dai diamanahkan melaksanakan kajian keIslaman, menjadi imam shalat tarawih hingga shalat Id. Selain itu, para dai juga melakukan pembinaan mualaf, syiar zakat, pengembangan jaringan dakwah internasional, juga menginisiasi Islamic Learning Center di berbagai negara.
Salah seorang dai ambassador, Ustaz Jauhar Ridloni Marzuq, mengungkapkan dia begitu bahagia bisa bersilaturahim dengan sahabat WNI di Korea pada Ramadhan tahun ini.
"Semoga bekeradaan kami berkontribusi positif terhadap pergerakan dakwah Islam di Korea Selatan, terkhusus untuk WNI yang berjumlah sekitar 40 ribu orang di seluruh Korea," ujar Ustaz Jauhar.
Saat ini sudah ada 59 masjid yang diinisiasi dan dikelola oleh WNI di seluruh kota di Korea Selatan. Lima di antaranya sudah permanen. Sementara 54 masjid lainnya masih berupa flat yang disewa.
Pendirian masjid-masjid di Korea berawal dari kegelisahan para WNI yang tidak mendapat keleluasaan beribadah di tempat-tempat kerja mereka dan tidak adanya tempat yang representatif untuk beribadah. Sebagian mereka bahkan mesti mencuri-curi waktu di saat bekerja untuk minta izin pergi ke toilet dan beribadah di ruang kosong di depan toilet.
Sulitnya beribadah membuat para WNI merasakan suasana hati yang sangat kering dan selalu merasa berdosa karena tidak melaksanakan ibadah. Kondisi-kondisi seperti itu kemudian melahirkan keinginan para WNI untuk menginisiasi pendirian masjid. Hal itu agar mereka tetap bisa menunaikan kewajiban sebagai seorang muslim untuk beribadah kepada Allah selama berada di Korea.