REPUBLIKA.CO.ID, CARACAS -- Penangkapan tokoh oposisi Wakil Presiden Majelis Nasional Edgar Zambrano, Rabu (8/5), menimbulkan kekhawatiran atas pengekangan oposisi yang lebih luas dari Presiden Venezuela Nicolas Maduro. Pemimpin oposisi Juan Guaido, menggambarkan penangkapan itu sebagai tindakan putus asa pemerintah.
Pemimpin oposisi yang didukung AS juga mengumumkan protes nasional baru pada Sabtu. Ini dilakukan setelah bentrokan antara polisi dan pengunjuk rasa pekan lalu yang menewaskan enam orang. "Mereka tidak akan mengeluarkan kita dari jalanan," kata Guaido.
Maduro tampaknya membiarkan Guaido melakukan kampanye melawannya. Ini terjadi usai peringatan Amerika Serikat (AS) bahwa akan ada akibat yang parah, jika ia mengambil tindakan terhadap musuhnya.
AS menyatakan Maduro yang didukung Rusia terpilih secara tidak sah. AS mengakui Guaido sebagai pemimpin sah Venezuela. Maduro menggambarkan Guaido sebagai kolaborator dalam kudeta yang direkayasa AS.
Sekutu politik terkemuka Maduro, Diosdado Cabello menyarankan pemerintah sebaiknya bersikap metodis dalam pertempurannya dengan oposisi. "Kami tidak terburu-buru," kata Cabello.
Pengadilan tinggi Venezuela telah mengumumkan penyelidikan terhadap Zambrano dan sembilan anggota kongres lainnya. Ini diterapkan atas dugaan peran dalam mendukung permohonan Guaido dalam pemberontakan militer pada 30 April.
"Ini jelas dampak dari pemberontakan pekan lalu. Itu sama dengan penegasan garis keras dalam pemerintahan Maduro," ucap seorang rekan senior di Kantor Washington di Amerika Latin, David Smilde.
Dia menyarankan faksionalisme dalam pemerintahan sedang dipamerkan, dengan kepala Mahkamah Agung, Maikel Moreno diantara mereka berusaha menunjukkan kesetiaannya kepada rezim. Moreno telah diidentifikasi oleh AS sebagai konspirator di Skema Guaido yang gagal.
Negara-negara Eropa dan Amerika Latin yang mendukung oposisi Venezuela mengutuk penangkapan Zambrano. Secara terpisah, Meksiko juga menyatakan keprihatinan tentang penangkapan dan penargetan anggota Majelis Nasional. Menurut Guaido, 29 anggota Majelis Nasional atau 25 persen anggota parlemen yang menentang pemerintah telah dianiaya oleh mahkamah agung pro-Maduro.