Sabtu 11 May 2019 04:04 WIB

Ramadhan dan Pengokohan Keluarga

Ramadhan bulan yang mampu mencipta harmoni indah keluarga.

Ilustrasi sekeluarga mengaji, mengaji sekeluarga, mengaji bersama, ngaji bersama
Foto: Republika/Yogi Ardhi
Ilustrasi sekeluarga mengaji, mengaji sekeluarga, mengaji bersama, ngaji bersama

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Muhammad Arifin Ilham

Masya Allah, Ramadhan bulan yang mampu mencipta harmoni indah keluarga. Jika pada bulan lain, seorang ayah selalu dikejar waktu untuk dunia dan serba-dunia; berangkat kerja saat anak masih tidur dan pulang kerja saat anak sudah terlelap tidur. Imam rumah tangga seakan ti dak me miliki kesempatan untuk shalat berjamaah bersama anak-anaknya di masjid; membangunkan anak dari tidurnya, lalu menggandeng tangannya ke rumah Allah. Menemani sarapan dan mengantarkannya sekolah.

Komunikasi nyaris hanya ada pada sisa waktu di mana sama-sama telah lelah akibat tugas dan peran masing-masing. Biasanya pada akhir pekan. Itu pun tidak ada proses trans fer ilmu, kebersamaan, dan kelem butan hati. Sibuk dengan gawainya masing-masing. Sang ayah bermain medsos dengan kolega dan rekan sekantor. Begitu juga dengan anak, asyik nge-vlog dan nge-prank temantemannya. Ada obrolan, tapi cenderung monoton dan basa-basi.

Alhamdulillah, ada Ramadhan. Pengokohan keluarga sangat terasa pada bulan yang hanya sekali datang dalam satu tahun ini. Sang ayah memastikan untuk selalu bisa makan bersama, yaitu saat sahur. Dia bisa membangunkan buah hatinya dengan cinta lalu diajaknya sahur. Di dalam satu meja, sang ayah dengan puas bisa melihat wajah anak-anak nya dan membagi ilmu dan perhatian.

Sang anak merasa bahwa sang ayah begitu dekat de ngannya. Membawa cinta dan penuh kasih dalam berujar dan perbuatan. Inilah pembenaran hadis Nabi SAW, "Sahurlah! Karena pada sahur ada keberkahan," (HR Bukhari Muslim).

Sang ayah sigap saat azan Subuh berkumandang, menggandeng tangan anaknya untuk bergegas memenuhi panggilan kebahagiaan Sang Penguasa Kehidupan. Berdiri bersama, rukuk dan sujud di shaf shalat berja ma ah di rumah-Nya. Berdoa dan zikir, mengangkat tangan bersama.

Jam kerja juga sekolah di bulan ampunan ini tidak sepagi buta. Sehingga, ada waktu untuk sang ayah mengantarkan anaknya ke sekolah. Dalam hal menjemput hari, di perjalanan sampai sekolah komunikasi sarat ilmu dan perhatian terjadi antara ayah dan anak. Masya Allah.

Ramadhan sebagai bulan yang begitu ringan dalam beramal baik, tentu bagi keluarga yang mengincar keberkahan, akan membuat jadwal untuk syiar kesalehan. Misal ifthar jamai, buka puasa bersama. Orang tua mudah menanamkan amal ber bagi kepada anak. Karena langsung diamalkan.

Satu hari pada bulan penuh berkah ini ayah ibu mengajak anaknya mendatangi satu panti yatim atau rumah singgah anak jalanan lalu menanggung buka puasanya, berbagi sembako, membelikan baju baru untuk berlebaran dan bentuk kesalehan lainnya. Masya Allah.

Pada 10 akhir Ramadhan, Rasulullah SAW mengajak istri dan keluarganya untuk meramaikan rumah Allah dengan iktikaf. Bahkan mengajarkan doa untuk menjemput malam Lailatul Qadr, malam memba ngun ibadah dan amal saleh yang ditulis berpahala seribu bulan. Kita sungguh bisa mencontoh amal 10 akhir Ramadhan Rasul dan keluarganya ini sebagai upaya mengokohkan keluarga yang berlandaskan full sunah Rasulullah SAW. Masya Allah. Wallahu a'lam. 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement