REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Administrasi Maritim AS memperingatkan kapal komersial negaranya termasuk kapal tanker minyak yang berlayar melalui jalur perairan Timur Tengah. Kapal-kapal itu dianggap berpotensi menjadi sasaran serangan Iran.
Militer AS mengatakan, pekan ini sejumlah pembom B-52 akan menjadi bagian dari pasukan tambahan yang dikirim ke Timur Tengah untuk melawan apa yang oleh administrasi Trump disebut "indikasi jelas" atas ancaman dari Iran ke pasukan AS.
Keterangan Administrasi Maritim Amerika Serikat (MARAD) menyatakan, sejak awal Mei telah ada peningkatan kemungkinan Iran mengambil tindakan terhadap kepentingan AS, termasuk di antaranya, infrastruktur produksi minyak. Iran mengancam akan menutup selat vital Chormepoint Hormuz yang merupakan sekitar sepertiga dari aliran ekspor minyak mentah di laut dunia.
"Iran atau kuasanya dapat merespons dengan menargetkan kapal komersial, termasuk kapal tanker minyak, atau kapal militer AS di Laut Merah, Selat Bab-el-Mandeb, atau Teluk Persia," kata MARAD seperti dikutip Reuters, Jumat (10/5).
"Pelaporan menunjukkan peningkatan kesiapan Iran untuk melakukan operasi ofensif terhadap pasukan dan kepentingan AS."
Ketegangan antara Teheran dan Washington meningkat sejak pemerintahan Trump menarik negaranya dari perjanjian nuklir internasional 2015. AS pun mulai menaikkan sanksi untuk ekonomi Iran.
Wakil Laksamana Jim Malloy, komandan Armada Kelima Bahrain yang bermarkas di AS, mengatakan kepada Reuters, Kamis, pasukannya berada dalam kondisi kesiapan yang tinggi, meskipun militer AS tidak mencari atau mempersiapkan perang dengan Iran.
MARAD menambahkan, kapal-kapal berbendera AS diminta menghubungi Armada Kelima yang bertugas melindungi pengiriman komersial di daerah tersebut setidaknya dua hari sebelum berlayar melalui Selat Hormuz.
Washington semakin memperketat sanksi terhadap Iran bulan ini dengan menghilangkan keringanan yang memungkinkan beberapa negara membeli minyaknya. Hal itu dengan tujuan mengurangi ekspor minyak mentah Teheran menjadi nol.
Iran pun menanggapi dengan mengurangi beberapa pembatasan pada program nuklirnya terkait dengan penimbunan material. Meskipun, Iran tetap mematuhi komitmen untuk membatasi aktivitas pengayaan uraniumnya.