REPUBLIKA.CO.ID, KABUL -- Video Ahmad Rahman (lima tahun) korban konflik antara Taliban dan Pemerintah Afghanistan yang sedang menari telah ditonton lebih dari satu juta kali di media sosial.
Awalnya, sebuah organisasi bantuan membagikan rekaman itu dengan harapan meningkatkan kesadaran tentang nasib anak-anak di Afghanistan yang menderita karena perang saudara selama puluhan tahun. Saat berusia delapan bulan, Ahmad terkena peluru di kakinya.
Kala itu, perang berkecamuk antara pasukan pemerintah dan Taliban di desanya di Provinsi Logar, Afghanistan Tenggara. Akibat luka yang kian parah, Komite Palang Merah Internasional (ICRC) mengatakan kepada Sky News, kaki Ahmad yang terluka harus diamputasi.
Pada Sabtu (11/5), Ahmad dengan gembira menerima kaki palsu ke empatnya di klinik ortopedi organisasi di ibu kota Afghanistan, Kabul. Dia pun bisa terus melakukan kegemarannya menari.
Video yang viral di media sosial Twitter ini direkam oleh seorang fisioterapis yang merawatnya di klinik. Video pada awalnya dibagikan oleh seorang pekerja ICRC di Afghanistan.
Berbicara di video terbaru oleh Radio Free Europe/Radio Liberty, Ahmad mengatakan, ibunyalah dulu yang memberitahu adanya peluru di kakinya. "Aku tidak mengatakan apa pun, tapi ibuku, sepupuku, semuanya berkata bantu, tolong! Ibuku menangis dan berkata tolong, dan dia juga berkata lihat anak laki-laki dan perempuanku mereka terluka," cerita Ahmad.
Kemudian, mereka mendengar kendaraan menuju ke arah mereka dan menolongnya. "Aku ingin ketenangan di negaraku. Aku tidak bisa keluar (bermain) di luar rumah," kata Ahmad.
This video of an Afghan boy dancing after getting a new prosthetic leg is the best thing you’ll see today.pic.twitter.com/AdvcqX837t
— ian bremmer (@ianbremmer) May 10, 2019
Ibunda ahmad, Rayeesa diakhir video mengatakan, dirinya sangat bahagia akan keselamatan anaknya. "Saya senang, terima kasih kepada orang yang membawa kami ke rumah sakit," kata Rayeesa.
"Saya berharap mereka sukses. Saya juga berharap negara kita tidak lagi berperang, Saya ingin akhir dari perang. Saya berharap untuk tenang di Afghanistan," tambahnya.
Dokter ICRC Karima Rahimi mengatakan, Ahmad mampu mandiri berkat kaki barunya. Kaki palsunya disesuaikan dengan pertumbuhan tubuhnya.
"Ini merupakan kaki ke empat yang telah kami berikan kepadanya. Dia mandiri dalam berjalan, sudah tidak lagi membutuhkan bantuan orang lain. Dia senang dengan perawatan yang kami berikan," kata Rahimi.
Ahmad temasuk dari keluarga sembilan ana, yang salah satu saudara perempuannya juga terluka akibat konflik. ICRC mengatakan, lebih dari 8.000 warga sipil tewas dan terluka di Afghanistan tahun lalu. Lebih dari setengahnya dipicu oleh bahan peledak.
Laporan PBB yang dirilis tahun lalu mencatat, korban tewas dan luka yang menimpa warga sipil dengan alat peledak buatan, khususnya alat bunuh diri, telah mencapai tingkat ekstrem di negara yang dipimpin Presiden Ashraf Ghani itu.
Juru bicara Matthew Morris mengatakan, hampir 10 ribu pasien baru Afghanistan mendaftar dengan ICRC untuk menerima bantuan rehabilitasi fisik dan luar biasa setiap tahun. "Akses yang buruk ke perawatan kesehatan preventif dan primer mempengaruhi sepertiga dari jumlah ini, biaya yang sangat besar yang dibayarkan oleh sebuah negara yang sudah menderita karena konflik selama puluhan tahun," kata Morris seperti dilansir Sky News.
"Salah satu negara yang paling banyak ranjau di dunia, Afghanistan, juga menanggung beban ranjau darat anti-personil," tambahnya.
Morris mengatakan, sebanyak 750 ribu orang terancam oleh keberadaan ranjau dan sisa-sisa perang yang tidak meledak.