Ahad 12 May 2019 15:49 WIB

Ekonom: Penurunan Harga Bawang Putih Lambat

Harga bawang putih belum turun karena OP tidak mencukupi kebutuhan masyarakat.

Rep: Imas Damayanti/ Red: Indira Rezkisari
Pedagang memilih bawang putih saat operasi pasar di Pasar Kosambi, Kota Bandung, Jumat (10/5).
Foto: Abdan Syakura
Pedagang memilih bawang putih saat operasi pasar di Pasar Kosambi, Kota Bandung, Jumat (10/5).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Ekonom dari Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Nailul Huda menilai, lambatnya penurunan harga bawang putih disebabkan adanya keterlambatan pasikan impor. Hal itu membuat pembentukan harga akibat minimnya suplai semakin tinggi.

Dia menjelaskan, butuh waktu lama bagi pemerintah untuk mengembalikan harga bawang putih ke harga stabil. Terlebih, operasi pasar (OP) bawang putih yang dilakukan pemerintah bersama sejumlah importir tidak memenuhi 100 persen kebutuhan konsumsi masyarakat saat ini.

Baca Juga

“Makanya, penurunan harga akan jadi bertahap dan lambat,” kata Nailul saat dihubungi Republika, Ahad (12/5).

Berdasarkan catatan Pusat Informasi Harga Pangan Strategis (PIHPS) Nasional, harga bawang putih sedang pada 12 Mei 2019 berada di kisaran harga Rp 51.900-Rp 68.750 per kilogram (kg). Harga tersebut mengalami penurunan rerata 25-30 persen sejak harga yang tertera di 6 Mei 2019 kemarin.

Masih mengacu catatan tersebut, harga bawang putih terendah terpantau berada di kisaran harga Rp 30.100 per kg di wilayah Kalimantan Barat, sedangkan harga tertinggi terpantau di kisaran harga Rp 88.750 per kg di wilayah Sulawesi Tengah. Sementara di wilayah Indonesia bagian timur, tren pergerakan harga terpantau turun meski belum tercatat signifikan di kisaran harga Rp 76.250 per kg.

Dia menambahkan, dengan adanya jaminan stok impor yang masuk secara otomatis membuat pasokan untuk beberapa bulan ke depan sudah dapat diprediksi aman dan harga cenderung stabil. Kendati demikian dia menilai, pemerintah perlu melakukan realisasi pemenuhan stok dengan pengawasan yang ketat terhadap para importir.

Langkah tersebut perlu dilakukan, kata dia, agar stabilitas harga dan pasokan terjamin sehingga tidak ada importir nakal yang menahan stok dan memainkan harga ke depannya. Dengan masuknya barang impor tersebut, Nailul melanjutkan, pemerintah perlu mengawal pasokan hingga terdistribusi dengan baik ke pasar.

“Ke depan, pemerintah harus memastikan pasokan impor ini harus terpenuhi. Jadi impornya jangan telat lagi,” kata dia.

Direktur Jenderal Tanaman Hortikultura Kementerian Pertanian (Kementan) Suwandi menyatakan, pihaknya memastikan harga bawang putih akan segera stabil meski di beberapa wilayah harga belum sepenuhnya berada di level normal. Dia menjelaskan, yang terpenting saat ini pemerintah tengah mengupayakan program strategis berjangka panjang.

“Kita kan mau swasembada bawang putih 2021 nanti, jadi kita sabar dulu pakai stok impor, Karena kita masih tanam benihnya sekarang,” kata dia.

Dia menambahkan, saat ini produksi benih secara nasional hingga Mei dan Juni nanti diprediksi mencapai 4.000 ton dari lahan tanam sebesar 11 ribu hektare. Jumlah tersebut, kata dia, masih akan digenjot pertumbuhannya seiring dengan target perluasan lahan tanam benih tahun ini sebesar 20 ribu hektare. Adapun wilayah yang berkontribusi besar terhadap produksi benih berada di wilayah Temanggung dan Lombok Timur.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement