Rabu 15 May 2019 10:57 WIB

Rusia Ingin Pulihkan Hubungan dengan AS

Penyelidikan Mueller telah mengacaukan hubungan AS-Rusia.

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Ani Nursalikah
Presiden Rusia Vladimir Putin dan Presiden AS Donald Trump di KTT APEC di Hanoi, Vietnam, (11/11).
Foto: EPA
Presiden Rusia Vladimir Putin dan Presiden AS Donald Trump di KTT APEC di Hanoi, Vietnam, (11/11).

REPUBLIKA.CO.ID, SOCHI -- Presiden Rusia Vladimir Putin mengatakan ingin sepenuhnya memulihkan hubungan dengan Amerika Serikat (AS). Putin percaya Presiden AS Donald Trump juga ingin melakukan hal serupa.

Dalam pertemuan dengan Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo, Putin menyampaikan perbaikan hubungan antara Rusia dan AS sudah dapat dirasakan setelah dirinya melakukan panggilan melalui telepon dengan Trump beberapa waktu lalu. Berbicara sebelum pertemuan dengan Pompeo, Putin menegaskan negaranya tidak ikut campur dalam pemilihan presiden AS 2016.

Baca Juga

"Secara keseluruhan dia (Penasihat Khusus Robert Mueller) melakukan penyelidikan yang cukup objektif dan mengkonfirmasi tidak adanya kolusi antara pemerintah AS dan Rusia," ujar Putin, dilansir Aljazirah, Rabu (15/5).

Sebelumnya, Pompeo bertemu dengan Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Lavrov di sebuah tempat peristirahatan di Sochi. Dalam pertemuan tersebut Pompeo menjelaskan kepada Lavrov tidak mungkin ada campur tangan negara lain dalam pemilihan presiden AS 2016.

Pernyataan tersebut sekaligus membantah tuduhan laporan Penasihat Khusus Robert Mueller yang menyebutkan ada campur tangan Rusia dalam kemenangan Presiden Trump di pemilihan presiden 2016. Tuduhan tersebut dengan cepat langsung dibantah oleh Lavrov.

"Sudah jelas sindiran semacam itu adalah fiksi absolut," ujar Lavrov dalam konferensi pers, dilansir Aljazirah.

Kunjungan Pompeo merupakan pertemuan tingkat tinggi pertama antara Moskow dan Washington sejak  Mueller mengajukan laporan tentang peran Rusia dalam pemilihan presiden AS 2016. Penyelidikan Mueller telah mengacaukan hubungan AS-Rusia. Para pejabat Rusia telah menyatakan harapan bahwa Washington akan memiliki lebih banyak ruang untuk membangun hubungan yang lebih bersahabat dengan Moskow.

Selain membicarakan mengenai laporan Mueller, Pompeo dan Lavrov juga membahas sejumlah masalah-masalah strategis mulai dari masalah Iran, Suriah, Ukraina, dan Venezuela. Dalam konferensi pers bersama setelah pertemuan, Pompeo mendesak Rusia agar mengakhiri dukungan bagi Presiden Venezuela Nicolas Maduro. Tapi, permintaan tersebut ditolak oleh Moskow.

"Sudah tiba saatnya bagi Nicolas Maduro untuk pergi, dia tidak membawa apa-apa selain kesengsaraan bagi rakyat Venezuela, dan kami berharap dukungan Rusia untuk Maduro akan berakhir," kata Pompeo.

AS bersama dengan sekitar 50 negara lain, mendukung gerakan oposisi yang dipimpin oleh Juan Guaido, yang menyatakan dirinya sebagai presiden sementara pada Januari. Lavrov mengatakan masa depan Maduro harus diputuskan oleh rakyat Venezuela. Dia menyebut tekanan AS terhadap Rusia untuk mengakhiri dukungan untuk Maduro tidak demokratis.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement