REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kriminolog dari Universitas Indonesia (UI) Adrianus Eliasta Meliala menyebut aksi begal tidak tekait dengan bulan Ramadhan. Menurut dia, meningkatnya aksi begal terjadi karena musiman.
"Sayakira tidak usah dikait-kaitkan (dengan Ramadhan). Mungkin karena kebiasaan atau musiman saja. Setelah lebaran, langsung turun jumlahnya," kata dia kepada Republika.co.id, Rabu (15/5).
Adrianus mengatakan, remaja atau dewasa yang berkumpul setelah pulang tarawih adalah fenomena biasa. Beberapa juga saling bergurau dengan sarung gulung.
Setelah ada motor, menurut Adrianus, orang-orang kemudian berputar-putar di jalan raya. Namun, karena terdapat lebih dari satu kelompok yang melakukan hal serupa, maka bisa terjadi senggolan.
"Senggolan antarkelompok itu bisa berujung pada tawuran atau mencari lawan," ungkap Adrianus.
Menurut Adrianus, modus aksi begal tidak pernah berubah, bisa saja kejam, tetapi amatiran. Namun, saat ini yang membuat beda karena diunggah di media sosial sehingga menimbulkan kepanikan dan kecemasan masyarakat.