Rabu 15 May 2019 22:30 WIB

Iran Balik Tuding AS Dalangi Sabotase Kapal Minyak di UEA

Iran menegaskan tidak berada di balik sabotase kapal tanker.

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Nashih Nashrullah
(Ilustrasi) Sebuah kapal tanker minyak mendekati fasilitas minyak di Fujairah, Uni Emirat Arab (UEA).
Foto: AP Photo/Kamran Jebreili
(Ilustrasi) Sebuah kapal tanker minyak mendekati fasilitas minyak di Fujairah, Uni Emirat Arab (UEA).

REPUBLIKA.CO.ID, TEHERAN – Menteri Luar Negeri Iran, Mohammad Javad Zarif, mengatakan aksi sabotase terhadap empat kapal tanker di lepas pantai Uni Emirat Arab (UEA) sengaja dilakukan untuk meningkatkan ketegangan di kawasan tersebut. 

Dia menuding para pejabat garis keras pemerintahan Amerika Serikat (AS) yang mengatur peristiwa itu. “Kami berbicara tentang kebijakan yang berusaha diterapkan oleh para garis keras di pemerintahan AS dan di kawasan tersebut,” kata Zarif saat berbicara kepada televisi Pemerintah Iran di India sesuai melakukan pertemuan bilateral dengan Menteri Luar Negeri Sushma Swaraj pada Selasa (14/5), dilaporkan laman Aljazeera.

Baca Juga

Zarif mengungkapkan negaranya telah menyuarakan keprihatinan atas kegiatan mencurigakan dan sabotase yang mengincar kapal tanker minyak di lepas pantai UEA, tepatnya sekitar 140 kilometer selatan Selat Hormuz. “Kami sebelumnya mengantisipasi bahwa mereka (pejabat garis keras AS) akan melakukan kegiatan semacam ini untuk meningkatkan ketegangan,” ujarnya.

Anggota Parlemen Iran, Mohammad Javad Jamali, menuding negara-negara di kawasan Teluk berupaya menyeret Presiden AS Donald Trump untuk menyatakan perang terhadap negaranya. “Siapa pun yang berdiri di belakang ini mendorong rencana yang gagal,” ucapnya.

 Sementara itu Presiden Iran, Hassan Rouhani, telah mengatakan negaranya tidak akan berperang dengan AS. “Tidak akan ada perang. Bangsa Iran telah memilih jalur perlawanan. Baik kita maupun mereka tidak mencari perang. Mereka tahu itu bukan kepentingan mereka,” kata dia.

Anggota senior the Atlantic Council's South Asia Center, Fatemeh Aman, berpendapat setiap insiden di kawasan Teluk memang dapat memicu konflik yang besar. “Insiden, seperti serangan terhadap kapal-kapal (tanker) itu bahkan dapat diatur oleh mereka yang mencari serangan militer terhadap Iran. Setiap insiden atau sabotase dapat secara keliru dikaitkan dengan Iran, bahkan jika Iran tidak terlibat,” kata Aman.

Seorang pejabat AS telah menuding Iran sebagai dalang di balik aksi sabotase terhadap empat kapal tanker di lepas pantai UEA. Namun hingga kini Washington belum memiliki bukti yang cukup untuk membuktikan keterlibatan Teheran.

Pada Ahad pekan lalu, empat kapal tanker, dua di antaranya milik Arab Saudi, dirusak di dekat pelabuhan Fujairah. Pejabat UEA menyebut kejadian itu sebagai tindakan sabotase.

Peristiwa itu terjadi saat hubungan antara AS dan Iran sedang memanas akibat terancam bubarnya kesepakatan nuklir yang tercapai pada 2015. AS diketahui telah hengkang dari kesepakatan itu pada Mei tahun lalu dan segera menerapkan kembali sanksi ekonominya terhadap Teheran. 

Washington telah memperingatkan Iran agar bersedia merundingkan kembali kesepakatan nuklir tersebut. Namun hingga saat ini Iran menolak memenuhi permintaan AS.

Saat Iran mengambil sikap demikian, AS memutuskan mengirim kapal induk USS Abrahamn Lincoln dan pesawat bomber B-52 ke kawasan Teluk. Hal itu tak pelak memicu ketegangan di wilayah tersebut.

Kendati demikian Trump belum mengungkap secara detail apa alasannya mengerahkan kapal induk dan pesawat bomber ke Teluk. Dia hanya mengatakan terdapat ancaman serius di sana. 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement