REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Badan Pengelola Transportasi Jabodetabek (BPTJ) akan mengupayakan menjaga keseimbangan antaroperator bus di Bandara Internasional Soekarno-Hatta. Hal itu terkait rencana bus Transjakarta yang akan beroperasi di bandara tersebut.
Salah satunya, BPTJ menetapkan bus Transjakarta rute Bandara Soekarno-Hatta dengan tarif komersial, tanpa subsidi pelayanan publik atau public service obligation atau PSO.
Kepala Badan Pengelola Transportasi Jabodetabek (BPTJ) Bambang Prihartono mengatakan, untuk perizinan bus Transjakarta sedang dalam tahap pembahasan. Sedangkan, tarif ditetapkan berbeda untuk rute menuju Bandara Soekarno-Hatta serta keluar dari Bandara Soekarno-Hatta.
“Ya jadi pertama kalau bus Transjakarta masuk kan bus itu bersubsidi. Sementara, yang beroperasi kan komersial. Memang ada ide boleh masuk, tapi nanti tarif Transjakarta tidak bersubsidi yang dari bandara ke luar, sedangkan dari luar ke bandara bersubsidi,” kata Bambang, Selasa (21/5).
Bambang menambahkan, langkah tersebut ditempuh untuk menjaga keseimbangan antaroperator bus di Bandara Soekarno-Hatta. Sebab, banyak operator bus lain, seperti DAMRI dan Perum PPD yang sudah lebih dahulu beroperasi di Bandara Soekarno-Hatta.
Selain itu, lanjut dia, juga untuk menjaga persaingan antarmoda transportasi publik. Maka dari itu, bus Transjakarta yang beroperasi dari bandara keluar akan dikenakan tarif komersial tanpa public service obligation (PSO).
“Pertama, kan mereka (pengguna transportasi udara) ekonominya relatif baik. Kemudian juga mekanisme pasar, di situ //kan// DAMRI dan Perum PPD //kan// normal tanpa PSO. Kalau bus Transjakarta pakai PSO, nanti orang pada pindah ke sana semua,” ujar dia.
Kemudian, Bambang mengaku ada rencana bus Transjakarta ini dijadikan semacam Royaltrans, tetapi belum ada kebijakan. Hal ini karena Bambang harus menjaga keseimbangan dengan moda transportasi publik lainnya. Jangan sampai nantinya keseimbangan itu tidak terjadi dan menimbulkan masalah.
Menurut Bambang, pembahasan serta penyelesaian bus Transjakarta beroperasi di Bandara Soekarno-Hatta akan selesai setelah Lebaran. Ia juga akan mengurangi kendaraan pribadi untuk menuju Bandara Soekarno-Hatta dan lebih memperbanyak moda transportasi publik.
Sementara, Corporate Secretary DAMRI Restiti Sekartini mengatakan, pada dasarnya DAMRI siap bersinergi dengan Transjakarta mengingat DAMRI punya pengalaman yang panjang dalam melayani penumpang di wilayah Angkasa Pura II (AP II). Di sisi lain, DAMRI juga sampai dengan saat ini masih menjadi operator untuk koridor 1 dan 8 Transjakarta.
“Kalau untuk terkait antisipasi tarif bus Transjakarta jika lebih murah, kami belum berdiskusi di internal DAMRI. Jadi, belum ada pernyataan apa pun. Intinya, DAMRI siap bekerja sama baik dengan AP2 ataupun Transjakarta. Dengan kedua institusi tersebut, DAMRI mempunyai pengalaman kerja sama yang cukup panjang,” kata Restiti kepada Republika.
Salah satu penumpang di Bandara Soekarno-Hatta, Markon, mendukung rencana adanya pengoperasian Transjakarta di bandara. Namun, ia mengimbau agar Transjakarta rute bandara ini juga terintegrasi dengan rute-rute lainnya di dalam Kota Jakarta.
Menurut dia, hal ini akan mempermudah penumpang dalam menyambung transportasi baik menuju maupun dari bandara. Misalnya, ia tinggal di Permata Hijau, Jakarta Selatan. Jika sudah ada Transjakarta yang beroperasi, ia akan menggunakan Transjakarta dari bandara dan akan menyambung menggunakan rute ke arah Lebak Bulus untuk turun di Permata Hijau.
“Perginya pun bisa menyambung juga. Karena Damri kan juga terbatas rutenya. Terminal Damri paling dekat dari Permata Hijau, ada di Blok M. Saya ke Blok M dulu saja sudah menyita waktu. Kalau langsung naik Transjakarta dan bisa langsung ke bandara, tentu akan menghemat waktu,” kata dia.