Kamis 23 May 2019 23:13 WIB

Sebelum Ditaklukan, Benteng Babilonia Dikuasai Romawi

Bertahan tujuh bulan, pasukan Bizantium di benteng Babilonia akhirnya menyerah.

Sungai Nil yang membelah Kota Kairo, Mesir.
Foto: flickriver.com
Sungai Nil yang membelah Kota Kairo, Mesir.

REPUBLIKA.CO.ID,  JAKARTA -- Perbentengan Babilonia dibangun oleh Kaisar Romawi Trajan pada akhir abad pertama Masehi. Berbagai sumber berbeda pendapat dalam menyebut siapa yang pertama kali membangunnya, antara Nebukadnezar, Cambises, atau Ata xerxes.

Namun, ada kesepahaman ahli sejarah bahwa Bangsa Persia pernah mendudukinya sehingga lahirlah nama Babilonia. Ada pula sumber yang menyebutkan bahwa nama Babilonia berasal dari kata Bab li On yang berarti ‘Gerbang menuju On’, sebuah sebutan kuno bagi Heliopolis dalam Injil. 

Menurut sejarawan WB Kubiak dalam bukunya “al-Fustat”, benteng Babilonia mempunyai pelabuhan sendiri, dilengkapi dengan parit dan selokan. Benteng mampu menampung banyak populasi sehingga di dalamnya ada beberapa bangunan gereja, sebuah pasar, lumbung gandum, dan semua hal yang dibutuhkan bagi sebuah kota untuk mencukupi kebutuhan sendiri. Diperkirakan, benteng Babilonia dapat menampung sampai seribu orang dan jumlahnya bisa berlipat dua kala kondisi gawat. 

Sebagian besar benteng buatan Trajan masih utuh sampai abad ke-19, termasuk Babilonia. Dalam sketsa benteng yang dibuat oleh AJ Butler dalam buku “Babylon of Egypt”, terlihat ada ketidakseragaman tebal tembok benteng. Ada tembok yang tebalnya sampai 2,5 meter. Benteng ini diperkuat oleh 10 bastion atau menara pertahanan yang menghadap ke utara, timur, dan selatan. Sementara itu, sisi baratnya menghadap ke Sungai Nil, dilengkapi gerbang yang diapit dua menara. 

Dari dua menara di sisi Nil, hanya bagian selatan yang strukturnya masih kelihatan. Menara utara sudah menjadi bagian dari biara St George. Menara selatan ini berbentuk silinder dengan diameter 34 meter terbuat dari batu potong halus pada fondasinya, sementara dinding serta atapnya terbuat dari batu kasar dan batu bata.

Gerbang selatan atau Gerbang Besi merupakan pintu masuk utama, berupa kanal yang harus dilalui perahu. Sisa-sisa benteng ini masih bisa terlihat di bagian bawah Gereja Sang Perawan atau Gereja al- Muallaqa yang dibangun di atas dua bastion di bagian barat daya. 

Apakah di dekat benteng itu ada kota atau permukiman saat terjadi serangan pasukan Arab, masih menjadi bahan perdebatan. Namun, bukti arkeologis me nunjukkan adanya jejak dinding bagian dalam benteng yang menutupi permukiman. Ini adalah fakta yang menunjukkan bahwa ketika Amr dan pasukannya melakukan pengepungan, benteng Babilonia dihuni populasi kurang dari biasanya sehingga menjadi dasar argumen bahwa kala itu tak ada permukiman di luar benteng, kecuali lahan pertanian dan biara-biara yang lokasinya terpencar.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement