REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Usai mengeluarkan demo musik, Al-Farabi terus mengembangkan berbagai alat musik, seperti oud dan piano. Undangan tampil di berbagai event akustik terus mengalir. Seperti saat memeriahkan panggung di TEDx Arabia, Jeddah, Istana Kerajaan Arab, dan balai pertemuan di Salzburg, Austria.
"Penampilan akustik kita di TEDx sangat penting. Penonton sangat mengapresiasi pesan lewat lagu dan irama musik kita," tutur Thamer Farhan.
Padahal, diakuinya, di awal sangat ragu musik yang mereka mainkan bakal disukai banyak orang. Pasalnya, iramanya sangat tak umum serta kebanyakan sesuatu yang bergenre baru kurang diminati. Respons tadi justru membuat Al-Farabi termotivasi untuk menghasilkan produk musik yang lebih baik lagi kualitasnya bagi para penggemarnya.
Thamer dan kawan-kawannya optimistismusik eksperimental mempunyai masa depan yang cerah. Selain pasar musik yang mulai terbentuk, tawaran keunikan percampuran segala genre musik tak bakal membuat bosan pendengarnya. Justru akan memicu kreativitas lainnya.
"Tapi, saya percaya kondisi tersebut belum bisa tercapai dalam waktu dekat," ungkap Thamer. Namun, langkahnya mulai tampak dengan rencana mereka merilis album di pertengahan tahun 2012 di kawasan Kerajaan Arab Saudi.
Mereka ingin mengukuhkan kekuatan bermusik filsuf al-Farabi sekaligus memperlihatkan inspirator bermusik mereka lainnya, seperti Taksim Trio, Anathema, dan Yanni. Dari sisi musik padang pasir, Al-Farabi mengaku terinspirasi Souad Massi dan Dhaffer Yousef.
Sikap rendah hati selalu ditunjukkan para personelnya dengan tampil terbaik di setiap panggung dan di layar kaca. Semua mereka lakukan untuk memperkenalkan keindahan bahasa Arab dan ketajaman efeknya bagi para pendengarnya hingga mendayu-dayu.
"Kita juga berharap bisa memperkenalkan kembali warisan budaya seni berupa puisi kuno agar bisa diterima generasi muda dengan cara memadukannya bersama irama musik," terang Thamer.
Sekali lagi, Al-Farabi menegaskan ideologi bermusik mereka yang kental. Bila cara bermusik mereka diterima di seluruh kalangan, tak pelak dunia bakal mengenal pula para ilmuwan Muslim yang melegenda. Seperti ilmuwan di bidang sains, kedokteran, dan musik, yakni Ibnu Sina, Ibnu Fernas, dan al-Kindi.
Dengan cara tersebut, mereka berharap perbedaan pemikiran serta selera bermusik generasi senior dengan para muda bisa dijembatani. Misi mereka hanya satu, yakni sebuah jenis musik untuk setiap telinga, tiap generasi, dan tiap jiwa."Setiap musik yang kamu gemari mewakili kepribadianmu. Pilihlah yang sesuai dengan panggilan jiwamu," ujar Thamer.