Ahad 02 Jun 2019 07:32 WIB

Merapi Muntahkan 153 Lava Pijar Sepanjang Mei

Sepanjang Mei 2019 Gunung Merapi memuntahkan 153 kali guguran lava pijar

Rep: Wahyu Suryana/ Red: Ichsan Emrald Alamsyah
Guguran lava pijar Gunung Merapi terlihat dari Bukit Klangon, Cangkringan, Sleman, DI Yogyakarta, Selasa (15/1/2019) dini hari.
Foto: Antara/Hendra Nurdiyansyah
Guguran lava pijar Gunung Merapi terlihat dari Bukit Klangon, Cangkringan, Sleman, DI Yogyakarta, Selasa (15/1/2019) dini hari.

REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN -- Sepanjang Mei 2019, Gunung Merapi tidak cuma keluarkan empat aktivitas guguran awan panas. Selama 31 hari, Gunung Merapi memuntahkan sebanyak 153 kali guguran lava pijar.

Hal itu terlihat dari pengamatan aktivitas harian yang dilakukan Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG). Aktivitas itu terbilang naik dari April 2019. Selain jumlah guguran, ada kenaikan lava pijar harian yang dikeluarkan Gunung Merapi. Pasalnya, ada lima hari sepanjang Mei yang memiliki guguran lava pijar harian di atas 10 atau lebih per hari.

Baca Juga

Itu terjadi pada 7 Mei dengan 10 kali guguran lava pijar, 16 Mei 10 kali, 20 Mei 18 kali, 30 Mei 15 kali dan 31 Mei dengan 13 kali. Kategori itu turut mengalami kenaikan jika dibandingkan April 2019.

Sepanjang Mei, guguran lava pijar dengan jarak luncur terjauh terjadi pada 20 Mei 2019 dengan 1.500 meter. Sedangkan, jarak luncur terdekat terjadi pada 19 dan 30 Mei 2019 dengan 350 meter.

Kepala BPPTKG, Hanik Humaida mengatakan, Gunung Merapi memang memasuki fase erupsi magmatis sejak 11 Agustus 2018. Kondisi itu ditandai kemunculan kubah lava.

Walau terus tumbuh, laju pertumbuhan terbilang rendah karena hanya sekitar 3.000 meter kubik per hari hingga Januari 2019. Setelah itu, kubah lava berhenti tumbuh.

Sejak 29 Januari 2019, aktivitas memasuki pembentukan awan panas dan guguran lava. Hingga 1 Juni 2019, telah terjadi 72 kejadian awan panas.

Jarak luncurnya rata-rata satu kilometer dan maksimal dua kilometer ke arah Kali Gendol. BPPTKG telah memperkirakan kejadian ke depan dari pemodelan potensi runtuh kubah lava.

"Jarak luncur awan panas terjauh diperkirakan tidak akan melebihi tiga kilometer dari puncak Gunung Merapi ke arah Kali Gendol," kata Hanik, Sabtu (1/6).

Ia menerangkan, kegempaan saat ini didominasi gempa guguran yang mencapai 30 kali per hari. Diikuti gempa multiphase empat kali per hari dan gempa frekuensi rendah tiga kali per hari.

Selain itu, ada gempa hembusan yang terjadi rata-rata tiga kali per hari. Ada pula gempa vulkano-tektonik dangkal dan dalam yang sesekali terjadi."Masih munculnya kegempaan multiphase dan vulkano-tektonik menandakan suplai magma masih berlangsung. Walaupun, lajunya rendah," ujar Hanik.

Berdasarkan kondisi aktivitas di atas, BPPTKG masih menetapkan status waspada untuk aktivitas Gunung Merapi. Rekomendasi yang diberikan BPPTKG masih belum banyak berubah.

Di luar radius tiga kilometer dari puncak, masyarakat dapat beraktivitas seperti biasa. Selain itu, obyek-obyek wisata di sekitar Gunung Merapi di luar radius masih aman dikunjungi.

Ada Kawasan Kaliurang, Kaliadem, Klangon, Deles, dan kawasan-kawasan lain di luar radius tiga kilometer. Namun, masyarakat dan pemerintah diminta mempersiapkan prosedur penanganan.

Khususnya, untuk kondisi darurat terhadap aktivitas masyarakat atau wisatawan di alur Kali Gendol dan sekitarnya. Masyarakat sekitar diimbau mengantisipasi gangguan akibat debu vulkanik. 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement