REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kementerian ESDM dalam rapat pagu anggaran 2020 menetapkan volume elpiji bersubsidi untuk tahun depan dialokasikan sebesar 7 juta metrik ton. Jumlah ini mengalami kenaikan jika dibandingkan 2018 dan 2019. Dari sisi penyaluran, kata Djoko, ESDM akan lebih tepat sasaran.
Penyaluran yang lebih tepat sasaran ini, kata Djoko, adalah dengan melalui penyaluran tertutup seperti yang sudah diuji cobakan dengan TNP2K pada bulan Mei dan Juni kemarin. "Kemarin masih uji coba. Sedang ada pembahasan lebih lanjut juga soal ini. Tapi insya Allah tahun depan diterapkan," ujar Djoko, Jumat (21/6).
Dengan adanya distribusi tertutup maka penyaluran elpiji lebih tepat sasaran. Nantinya, kata Djoko, elpiji tiga kilogram akan dijual secara harga keekonomian. Namun, para penerima subsidi akan dikirimkan sejumlah dana oleh pemerintah langsung ke rekening masing-masing.
Meski secara volume anggaran subsidi pada 2020 mendatang lebih besar dibandingkan 2019, Djoko berharap secara beban angka lebih rendah sehingga APBN lebih sehat. "Kita mengurangi subsidi uangnya. Kalau orang miskinnya turun, berarti besaran subsidinya turun. Kita bahasanya adalah mengurangi angkanya, volumenya tergantung masyarakat," ujar Djoko.
Ke depan dengan adanya arahan yang jelas dan data yang valid, diharapkan masyarakat yang benar-benar tidak mampu yang bisa memanfaatkan subsidi. "Yang penting masyarakat dapat uang subsidi. Belinya harga pasar, tapi dia dapat uang dari pemerintah. Itu lebih benar," ujar Djoko.
Namun, Djoko belum bisa mengatakan kapan pastinya mekanisme ini akan diterapkan. Hanya saja, distribusi akan dilakukan secara bertahap pada tahun depan.