REPUBLIKA.CO.ID, DUBAI -- Iran memperingatkan Amerika Serikat (AS) agar tidak melampaui batas. Hal itu disampaikan oleh Ketua Parlemen Iran, Ari Larijani seminggu setelah Teheran menembak jatuh pesawat tak berawak AS yang memicu ketegangan di antara keduanya.
"Jatuhnya pesawat tak berawak ini merupakan hal baik untuk menghindari agresi terhadap perbatasan kami. Reaksi Iran akan lebih kuat jika mereka mengulangi kesalahan mereka karena melanggar perbatasan kami," ujar Larijani, Kamis (27/6).
Iran mengatakan, pesawat tanpa awak AS berada di ruang udaranya. Namun, hal itu dibantah oleh Washington. Presiden AS Donald Trump memerintahkan serangan udara balasan, tetapi membatalkannya pada menit terakhir karena dapat menimbulkan korban tewas dalam jumlah banyak.
Teheran dan Washington telah berselisih sejak tahun lalu ketika Trump keluar dari perjanjian nuklir Iran tahun 2015, dan menerapkan kembali sanksi yang telah dicabut. Sebagai reaksi terhadap sanksi Washington yang semakin melumpuhkan, Teheran telah melipatgandakan produksi uraniumnya. Iran akan meningkatkan produksi uranium dengan melebihi batas yang ditetapkan oleh kesepakatan nuklir.
Sebanyak 116 pembela hak asasi Iran di seluruh dunia telah memperingatkan, ada konsekuensi yang diambil dari konflik militer antara AS dan Iran.
"Kami juga khawatir tindakan militer terhadap Iran akan menjadi bencana bagi jutaan orang biasa dan dapat menyebabkan jenis konflik sipil sektarian yang terlihat di negara-negara tetangga," ujar Center for Human Rights di Iran (CHRI).
Awal pekan ini, Presiden Trump memberikan sanksi baru kepada Pemimpin Tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei dan pejabat senior lainnya. Pemberian sanksi baru ini belum pernah terjai sebelumnya, dan semakin meningkatkan ketegangan antara Iran dan AS.