Ahad 21 Jul 2019 14:33 WIB

Harga Rumah di Sydney dan Melbourne Mulai Bergerak Naik

Harga rumah di Sydney naik tipis 0,1 persen meski secara nasional tetap turun.

Red:
abc news
abc news

Rendahnya tingkat suku bunga perbankan serta meningkatnya sentimen sektor properti pasca Pemilu tampaknya mendorong kenaikan tipis harga rumah di dua kota terbesar Australia. Tapi secara nasional harga rumah terus mengalami penurunan.

Harga rumah di Australia:

  • Harga rumah secara nasional turun 0,2 persen, yaitu 0,1 persen di perkotaan dan 0,4 persen di pedalaman
  • Harga di Sydney naik tipis 0,1 persen namun tetap turun 14,9 persen dibanding pada masa puncak
  • Harga di Melbourne naik tipis 0,2 persen namun turun 10,9 persen dibanding pada masa puncak

 

Indeks harga rumah untuk bulan Juni 2019 yang dirilis CoreLogic mencatat penurunan 0,2 persen secara nasional, terdiri atas penurunan 0,1 persen di perkotaan dan 0,4 persen di pedalaman.

Namun, dua kota terbesar Sydney dan Melbourne yang sebelumnya mengalami penurunan terbesar, mulai menunjukkan kenaikan tipis.

Di Sydney kenaikannya 0,1 persen sedangkan Melbourne naik 0,2 persen. Namun untuk ukuran kuartal, harga rumah di kedua kota ini tetap turun masing-masing 9,9 persen dan 9,2 persen dibanding tahun lalu.

Kenaikan tipis di Sydney itu baru terjadi setelah hampir dua tahun, dan di Melbourne setelah 19 bulan.

Kepala peneliti CoreLogic, Tim Lawless, menjelaskan kenaikan harga di Sydney dan Melbourne ini tidaklah mengejutkan.

"Kita melihat tingkat harga penawaran lelang secara konsisten meningkat sepanjang 2019," katanya kepada ABC News.

"Akhir pekan lalu kami melaporkan bahwa Sydney dan Melbourne menunjukkan tingkat keberhasilan penjualan rumah lewat lelang di atas 70 persen," jelas Lawless.

Meski tingkat lelang itu kemungkinan akan turun ke 60-an persen, namun angka ini biasanya mengindikasikan harga stabil atau naik.

 

Analis properti dan ekonom AMP Capital, Shane Oliver, secara terpisah menjelaskan kenaikan harga rumah di kedua kota itu mungkin jadi penanda berakhirnya penurunan harga.

Dia menilai hasil pemilu yang menghilangkan ancaman potongan pajak capital gain, penurunan suku bunga dan relaksasi pinjaman kredit menghasilkan kenaikan tipis harga properti.

Namun Dr Oliver memperingatkan harga properti di kedua kota ini tidak akan melejit dramatis seperti di tahun 2012, yang terus naik selama lima tahun setelahnya.

Dr Oliver menjelaskan tingkat pengangguran nasional yang mencapai 7 persen kemungkinan menyebabkan banyak investor terpaksa menjual dan memperburuk tekanan pada harga rumah.

Tingkat pengangguran saat ini adalah 5,2 persen secara nasional, sementara di negara bagian New South Wales dan Victoria di bawah 5 persen.

Lawless dari CoreLogic menjelaskan stabilisasi harga kemungkinan terjadi jika bank sentral kembali memotong suku bunga.

"Tingkat suku bunga KPR yang lebih rendah akan memiliki efek positif yang lebih luas pada permintaan perumahan," katanya.

Namun, Lawless mengatakan kondisi ekonomi yang lebih kuat di Sydney dan Melbourne adalah alasan utama mengapa pasar perumahan mereka sekarang stabil.

"Kita lihat lebih dari 80 persen pertumbuhan lapangan kerja di Australia berpusat di NSW dan Victoria dan dua negara bagian ini tingkat penganggurannya masih di bawah 5 persen," jelasnya.

Stabilisasi harga di Sydney ternyata tidak membantu pasar perumahan regional di sekitarnya.

Dia menjelaskan sebagian besar penurunan terjadi ini kota-kota satelit sekitar Sydney, seperti Newcastle, Illawarra, Shoalhaven, dan Southern Highland.

Lawless menambahkan bahwa banyak daerah pedalaman juga menderita karena kemarau berkepanjangan di sebagian besar pesisir timur Australia.

"Banyak daerah yang dilanda kemarau juga sangat menurun, terlihat dari kondisi ekonomi yang buruk ini mempengaruhi rendahnya permintaan rumah," kata Lawless.

Simak beritanya dalam Bahasa Inggris di sini.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Disclaimer: Berita ini merupakan kerja sama Republika.co.id dengan ABC News (Australian Broadcasting Corporation). Hal yang terkait dengan tulisan, foto, grafis, video, dan keseluruhan isi berita menjadi tanggung jawab ABC News (Australian Broadcasting Corporation).
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement