Senin 01 Jul 2019 14:24 WIB

Jepang Mulai Kembali Perburuan Paus Komersial

Jepang secara resmi keluar dari Komisi Penangkapan Ikan Paus Internasional.

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Ani Nursalikah
Kapal untuk berburu paus meninggalkan pelabuhan di Kushiro, Hokkaido, utara Jepang, Senin (1/7). Jepang memulai kembali perburuan paus komersial setelah 31 tahun.
Foto: Masanori Takei/Kyodo News via AP
Kapal untuk berburu paus meninggalkan pelabuhan di Kushiro, Hokkaido, utara Jepang, Senin (1/7). Jepang memulai kembali perburuan paus komersial setelah 31 tahun.

REPUBLIKA.CO.ID, KUSHIRO --  Jepang melepas lima kapal untuk berlayar dalam perburuan paus komersial pertama kalinya setelah 31 tahun. Pelepasan kapal-kapal tersebut menandai keluarnya Jepang secara resmi dari Komisi Penangkapan Ikan Paus Internasional (IWC).

Para awak kapal yang mengenakan rompi berwarna oranye tampak berdiri di geladak, ketika berlayar keluar dari Kushiro. Mereka akan bergabung dengan kapal lainnya dari pelabuhan Shimonoseki di wilayah selatan. Kapal-kapal ini akan menghabiskan musim panas untuk berburu paus.

Baca Juga

Surat kabar Nikkei melaporkan, pada tahun ini Jepang menetapkan kuota perburuan paus sebanyak 220 termasuk paus minke, paus sei, dan paus Bryde. Kuota perburuan paus yang ditetapkan oleh Badan Perikanan Jepang akan disesuaikan setiap tahun. Sebab, perburuan paus hanya terbatas pada zona ekonomi eksklusif (ZEE) Jepang.

Penangkapan ikan paus komersial akan dilakukan oleh dua kelompok. Kapal induk Nisshin-maru dan dua kapal pendukung akan melakukan perjalanan sejauh 200 mil laut ZEE untuk menangkap ikan minke, Bryde dan paus sei.

Sementara lima kapal kecil lainnya akan berada lebih dekat ke pantai dan tetap berburu paus dan lumba-lumba Baird. Secara keseluruhan, mereka akan menangkap 52 minkes, 150 paus Bryde dan 25 sei hingga 31 Desember mendatang. Ikan paus yang ditangkap di perairan pantai diperkirakan akan dibawa kembali untuk konsumsi. Daging paus yang ditangkap lebih jauh dari pantai akan dibekukan dan didistribusikan untuk konsumsi yang lebih luas.

Daging paus adalah sumber protein yang terjangkau selama masa paceklik setelah Perang Dunia II dengan konsumsi mencapai 223 ribu ton pada 1962. Tetapi konsumsi paus dengan cepat digantikan oleh daging lainnya.

Konsumsi daging paus turun menjadi 6.000 ton pada 1986, setahun sebelum moratorium perburuan paus komersial diberlakukan oleh IWC. Selain itu, konsumsi daging paus juga menjadi tradisi dan budaya bagi masyarakat Jepang.

"Jika kita memiliki lebih banyak ikan paus yang tersedia, kita akan memakannya lebih banyak. Itu adalah bagian dari budaya makanan Jepang. Dunia menentang pembunuhan paus, tetapi Anda dapat mengatakan hal yang sama tentang banyak hewan yang dibiakkan di darat dan dibunuh untuk dimakan," ujar seorang pengemudi taksi di Kushiro, Sachiko Sakai.

Perburuan paus di Jepang hanya melibatkan beberapa ratus orang dan menyumbang kurang dari 0,1 persen dari total konsumsi daging pada tahun fiskal 2017. Pada puncaknya, Jepang pernah menangkap 1.200 paus tetapi secara drastis telah mengurangi tangkapannya dalam beberapa tahun terakhir setelah protes internasional meningkat dan konsumsi daging paus menurun. Saat ini, sekitar 4.000-5.000 ton daging paus dipasok ke Jepang setiap tahun atau 30-40 gram daging ikan paus yang dikonsumsi per orang per tahun.

Para pecinta lingkungan di dunia mengecam perburuan paus di Jepang. Mereka mendesak para pemimpin global dalam Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G-20 tidak menutup mata terhadap perburuan ikan paus.

"Pemerintah Jepang dengan bangga memfasilitasi kerja sama internasional dengan menjadi tuan rumah pertemuan G-20, di sisi lain (Jepang) diam-diam melepaskan diri dari kewajiban untuk kolaborasi global tentang perlindungan dan pengelolaan paus dunia," ujar Presiden dari Humane Society International, Kitty Block, Jumat (28/6) lalu.

Perburuan paus kehilangan dukungan di negara-negara perburuan paus lainnya, termasuk Norwegia dan Islandia. Perburuan paus komersial buruk bagi citra dan pariwisata nasional mereka. Menurut IWC, Islandia hanya menangkap 17 paus, sementara Norwegia memburu 432 untuk musim 2017-2018, jauh di bawah kuota tangkapan masing-masing 378 dan 1.278.

sumber : AP/Reuters
Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement