Senin 01 Jul 2019 15:09 WIB

Tangis Luis Suarez Bukan yang Pertama

Media di Ghana menyebut ini sebagai karma untuk Suarez.

Rep: Afrizal Rosikhul Ilmi/ Red: Endro Yuwanto
Luis Suarez
Foto: EPA-EFE/Raul Spinasse
Luis Suarez

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Uruguay harus tersingkir dari Copa America 2019 pada babak perempat final setelah kalah 4-5 oleh Peru lewat adu penalti. Kekalahan pada laga yang berlangsung di Arena Fonte Nova, Salvador, Brasil, pada Ahad (30/6) dini hari WIB itu rupanya membawa kesedihan mendalam bagi Luiz Suarez.

Hingga saat Peru merayakan kemenangannya, penyerang Barcelona itu tampak masih tersedu meratapi kegagalan. Pada laga tersebut, pemain bernomor punggung sembilan itu turun sejak menit awal. Bahkan, bersama Giorgian de Arrascaeta dan Edinson Cavani, Suarez sempat merobek gawang Pedro Gallese.

Baca Juga

Namun, tiga gol tersebut dianulir oleh video bantuan wasit (VAR) lantaran berbau offside. Setelah 90 menit waktu normal, pertandingan berakhir dengan skor 0-0, laga pun berlanjut ke adu penalti.

Dalam adu penalti, Suarez mengambil giliran pertama untuk mengeksekusi si kulit bundar dari titik putih. Sayang, bola yang mengarah ke sisi kanan gawang itu mendarat tepat di perut Pedro yang berhasil memprediksi arah tendangan. Raut wajah Suarez seketika berubah kecewa, meski belum ada air mata yang berlinang saat itu. Kesedihan Suarez pun mulai tampak saat menyadari dia merupakan satu-satunya eksekutor yang gagal merobek gawang lawan.

Namun, ini bukan kali pertama bagi Suarez melinangkan air mata kekecewaan. Sebelumnya, Suarez juga pernah menangis tersedu-sedu saat masih membela Liverpool pada 2014. Pada laga krusial, Liverpool harus puas dengan hasil imbang 3-3 saat melawan Crystal Palace di Selhurst Park pada 5 Mei 2014 silam. Padahal, euforia pemain Liverpool sempat melambung saat memimpin 3-0 hingga menit ke-78.

photo
Ekspresi penyerang Barcelona Luis Suarez setelah gawang timnya dibobol gelandang Liverpool Georginio Wijnaldum.

Kebahagiaan Liverpool itu kandas saat kubu tuan rumah berhasil menyamakan kedudukan dalam 11 menit waktu yang tersisa. Hasil imbang itu membuat peluang Liverpool untuk meraih gelar Liga Primer Inggris semakin tipis mengingat posisinya dibayangi oleh rival, Manchester City yang hanya tertinggal satu poin dengan dua laga tersisa. Kekhawatiran Suarez pun terjadi. Liverpool kembali gagal meraih gelar tersebut.

Selanjutnya adalah saat Barcelona gagal melaju ke babak final Liga Champions musim lalu. Suarez harus merasakan kenyataan pahit saat kembali ke kandang mantan timnya di Anfield. Saat itu, Barcelona gagal mempertahankan keunggulan agregat 3-0 dari Liverpool pada leg pertama. Langkah Blaugrana pun harus terhenti setelah kalah 0-4 dari the Reds. Saat itu, air mata kekecewaan menetes dari para penggawa el Barca, termasuk Suarez.

Sementara itu, tangisan Suarez pada laga terakhir mengingatkan pada Piala Dunia 2010, saat Uruguay menang 5-4 atas Ghana lewat adu penalti pada perempat final di Soccer City Stadium, Johanneseburg. Dilansir dari Football Ghana, Senin (1/7), kegagalan Suarez yang membuat langkah Uruguay di Copa America 2019 terhenti adalah sebuah karma dari peristiwa sembilan tahun silam. Kala itu, Suarez telah merobek hati seluruh suporter Ghana.

Di malam yang menentukan itu, Uruguay dan Ghana bermain imbang sepanjang pertandingan. Namun, yang menyakitkan adalah saat Suarez, dengan salah satu upayanya untuk menang, menggunakan tangannya untuk menghentikan bola yang seharusnya melesat ke gawang Uruguay dan berbuah kemenangan bagi Ghana. Meski Suarez diganjar kartu merah, hal itu tetap menyakitkan lantaran gol yang seharusnya digantikan lewat penalti tak juga didapat oleh negara perwakilan Afrika itu.

Sang eksekutor tendangan penalti, Asamoah Gyan gagal menceploskan bola ke gawang Uruguay. Alih-alih meluncur ke jaring gawang, bola justru menghantam tiang dan melayang di udara selama beberapa detik sebelum keluar lapangan. Kegagalan Gyan membuat Uruguay bernapas lega setidaknya hingga adu penalti.

Di tepi lapangan, di dekat terowongan menuju ruang ganti, Suarez bersorak sambil berjingkrak. Usahanya berhasil. Berkat dirinya, Uruguay selamat dan menang lewat adu penalti. Hal itu meninggalkan luka hati bagi Ghana.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَمَا تَفَرَّقُوْٓا اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًاۢ بَيْنَهُمْۗ وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَّبِّكَ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى لَّقُضِيَ بَيْنَهُمْۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْرِثُوا الْكِتٰبَ مِنْۢ بَعْدِهِمْ لَفِيْ شَكٍّ مِّنْهُ مُرِيْبٍ
Dan mereka (Ahli Kitab) tidak berpecah belah kecuali setelah datang kepada mereka ilmu (kebenaran yang disampaikan oleh para nabi) karena kedengkian antara sesama mereka. Jika tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dahulunya dari Tuhanmu (untuk menangguhkan azab) sampai batas waktu yang ditentukan, pastilah hukuman bagi mereka telah dilaksanakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang mewarisi Kitab (Taurat dan Injil) setelah mereka (pada zaman Muhammad), benar-benar berada dalam keraguan yang mendalam tentang Kitab (Al-Qur'an) itu.

(QS. Asy-Syura ayat 14)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement