REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) bersama dengan sejumlah kementerian dan lembaga seperti Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) dan Kementerian Sosial (Kemensos) melakukan inovasi baru dalam pencegahan kebakaran hutan dan lahan (karhutla). Menurut Deputi Logistik dan Peralatan BNPB, Dody Ruswandi salah satu langkah pencegahan adalah menyasar perekonomian masyarakat di daerah rawan karhutla.
"Fokusnya adalah mencegah. Sumber-sumber kebakaran itu kan selama ini adalah manusia, sekarang bagaimana menghadapi manusia ini agar tidak membakar," kata Dody, di Kantor BNPB, Kamis (4/7).
Ia menjelaskan, BNPB bersama para stakeholder lain menurunkan tim terpadu ke lapangan yakni daerah yang rawan karhutla. Nantinya, tim ini akan mencoba menciptakan sumber pendapatan baru sehingga masyarakat yang biasa membakar lahan tidak melakukannya.
Permasalahan karhutla di Indonesia setiap tahunnya selalu muncul. Berbagai pencegahan dan pemadaman selalu dilakukan. Namun, menurut BNPB hal yang paling penting untuk ditangani adalah alasan karhutla itu terjadi.
"Itu kita sudah punya mapping-nya desa-desa yang memang rawan bencana. Nanti semua sumber daya ini (Kemensos, KLHK, BNPB) akan kita padukan, selama Juli sampai Oktober. Agak kering tahun ini," kata dia lagi.
Sementara itu, menurut Direktur Pengendalian Kebakaran Hutan dan Lahan KLHK, Raffles B. Panjaitan, masyarakat di daerah rawan karhutla nantinya akan masuk ke dalam program perhutanan sosial. Masyarakat diberikan ilmu-ilmu baru dalam memanfaatkan kayu agar tidak membakarnya.
Misalnya, kata dia, masyarakat diberi ilmu bagaimana cara memanfaatkan kayu agar bisa menjadi arang, cuka kayu, dan kompos. KLHK juga telah bekerja sama dengan pihak swasta agar mereka menerima hasil produksi dari masyarakat.
Hal yang harus ditanamkan, kata Raffles, adalah bagaiman mengubah paradigma masyarakat agar tidak selalu membakar kayu. Meskipun demikian, ia mengakui, mengubah paradigma bukan hal yang mudah.
"Itu kalau terus dikembangkan di masing-masing desa itu akan bermanfaat. Jadi, kayu-kayu yang bekas itu tidak dibakar tpai dijadikan briket, kompos, cuka. Intinya kebakaran itu kalau mereka tidak membakar, maka tidak akan ada api," kata dia.