REPUBLIKA.CO.ID, SAN FRANCISCO -- Produsen pesawat terbang utama Amerika Serikat, Boeing Company, pada Selasa (9/7) mengatakan pihaknya mengirimkan 24.737 pesawat komersial pada kuartal kedua 2019. Jumlah tersebut turun drastis sekitar 73 persen dari kuartal sebelumnya.
Penurunan signifikan pengiriman jet 737 di kuartal kedua mengindikasikan Boeing terhuyung-huyung dari dampak dua kecelakaan udara yang mematikan di Indonesia dan Ethiopia, masing-masing pada Oktober 2018 dan Maret 2019. Boeing mengirimkan 89.747 pesawat pada kuartal pertama.
Pesawat 737 MAX telah dilarang terbang secara global sejak Maret tahun ini setelah dua jet 737 MAX jatuh di Indonesia Oktober tahun lalu dan di Ethiopia pada Maret 2019, dan dua insiden itu menewaskan total 346 orang di dalam pesawat.
Boeing sejak itu telah bekerja keras untuk membangun kembali reputasi dan kepercayaan dari regulator penerbangan dan masyarakat umum, yang telah menyatakan keprihatinan tentang keselamatan pesawat.
Pembuat pesawat top AS itu memangkas produksi bulanan pesawat 737 MAX menjadi 42 dari tingkat yang sebelumnya dijadwalkan 52 unit pada April tahun ini.
Boeing melaporkan tidak ada pesanan baru jet 737 MAX untuk Maret. Pengumuman Boeing pada Selasa (9/7) tentang pengiriman pesawat komersial dan militer pada kuartal kedua datang satu hari setelah maskapai berbiaya rendah Arab Saudi, Flyadeal, membatalkan perjanjian pendahuluan untuk pemesanan hingga 50 jet Boeing 737 MAX.
Maskapai Saudi mengatakan akan beralih ke armada all-Airbus di masa mendatang. Maskapai sudah mengoperasikan 11 jet A320 di tujuan domestik di seluruh kerajaan.