Sabtu 13 Jul 2019 20:34 WIB

Menjaga Kesucian di Balik Ande-Ande Lumut

Ini salah satu bukti Dompet Dhuafa peduli budaya dan melestarikan budaya.

Dompet Dhuafa bersama Sanggar Suluk Nusatara kembali mengadakan pementasan Landriyan. Kali ini dengan pementasan Ande Ande Lumut.
Foto: Dompet dhuafa
Dompet Dhuafa bersama Sanggar Suluk Nusatara kembali mengadakan pementasan Landriyan. Kali ini dengan pementasan Ande Ande Lumut.

REPUBLIKA.CO.ID, DEPOK -- Dompet Dhuafa bersama Sanggar Suluk Nusatara kembali mengadakan pementasan Landriyan. Kali ini dengan pementasan Ande Ande Lumut.

Kisah ini ini mengangkat nilai-nilai luhur tentang menjaga kesucian yang unsur utamanya adalah kebenaran dan keadilan. Pementasan dikemas dalam bentuk teaterikal Jawa; Landriyan. Dilaksanakan di Sanggar Suluk Nusantara Depok, Jawa Barat, Sabtu (13/7).

Dalam pementasan ini, dikisahkan para gadis desa berlomba untuk mengikuti sayembara yang diadakan Putra Kerajaan Jenggala. Sayembara digelar untuk mencari calon istri Putra Mahkota Kerajaan Jenggala yang dikenal dengan sebutan Raden Panji Inukertapati atau Panji Asmarabangun.

Dalam kisah itu, Kleting Abang, Kleting Ijo, dan Kleting Biru terbukti tidak suci lagi karena sudah dikangkangi Yuyu Kangkang. Sebaliknya, Kletinng Kuning tetap menjaga kesuciannya.

Dengan segala liku-likunya, Kleting Kuning pun berhasil memperdayakan Yuyu Kangkang dan berhasil menyeberangi sungai untuk menuju lokasi sayembara tersebut. Kleting Kuning tidak lain adalah Dewi Sekartaji yang diasingkan oleh selir Kerajaan Kediri yang menyamar menjadi gadis desa.

Dengan mempersembahkan pementasan ini, salah satu bukti Dompet Dhuafa peduli budaya dan melestarikan budaya, sesuai dengan jatidirinya sebagai lembaga filantropi Islam yang berkhidmat dalam pemberdayaan kaum dhuafa dengan pendekatan budaya. Langkah ini disebut juga kegiatan filantropis (welas asih) dan wirausaha sosial profetik (prophetic socio-technopreneurship).

photo
Dompet Dhuafa bersama Sanggar Suluk Nusatara kembali mengadakan pementasan Landriyan. Kali ini dengan pementasan Ande Ande Lumut.

Menurut pengamatan Dompet Dhuafa, mayoritas pelaku budaya, terutama seniman tradisional Indonesia temasuk pada golongan mustahik (dhuafa). Karena itu Dompet Dhuafa terpanggil untuk memberdayakan pelaku seni sekaligus melestarikan budaya. Seperti halnya pepatah Jawa "nguripi lan nguri-uri budhoyo" (menghidupi dan melestarikan budaya).

Selain pementasan Ande-ande Lumut dalam waktu yang sama juga dibagikan rekaman VCD Suluk Nusantara sebelumnya yang diadakan di RRI oleh Parni Hadi, Ketua Pembina Dompet Dhuafa. Turut memberikan sambutan Ketua Sanggar Suluk Nusantara Iskandar Ismanaji dan Sesepuh Sanggar SN Yang Mulia Duta Besar KH Tosari Widjaja.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement