REPUBLIKA.CO.ID, ANKARA -- Menteri Pertahanan Turki, Hulusi Akar mengatakan negaranya melancarkan serangan udara ke wilayah Kurdi di Irak utara pada Kamis (18/7). Serangan dilakukan dalam menanggapi pembunuhan seorang diplomat Turki di wilayah itu.
"Menyusul serangan jahat di Erbil, kami telah meluncurkan operasi udara paling komprehensif di Qandil dan memberikan pukulan berat kepada organisasi teror (PKK)," kata Hulusi Akar dalam sebuah pernyataan, dilansir Aljazirah, Jumat (19/7).
Wakil konsul Turki untuk wilayah otonomi Kurdi Irak ditembak mati pada Rabu di Erbil. Sumber kepolisian mengatakan dua orang lainnya juga tewas.
Tidak ada klaim tanggung jawab atas penembakan itu. Akan tetapi, banyak ahli Irak telah menunjukkan kemungkinan bahwa Partai Pekerja Kurdistan (PKK) separatis Turki, yang dianggap Ankara sebagai kelompok teroris berada di balik serangan itu.
Target seperti posisi persenjataan, penginapan, tempat berlindung dan gua milik teroris dihancurkan.
"Pertarungan kita melawan teror akan berlanjut dengan meningkatnya tekad sampai teroris terakhir dinetralkan dan darah para martir kita akan dibalaskan," ucap Hulusi.
Kurdistan Democratic Party (KDP), yang sekarang memimpin pemerintah daerah, menikmati hubungan politik dan perdagangan yang baik dengan Turki. Tetapi, Turki telah melakukan kampanye ofensif dan pemboman darat dimulai pada Mei di wilayah utara pegunungan untuk membasmi PKK, yang telah melancarkan pemberontakan bersenjata terhadap Turki sejak 1984.
Awal bulan ini, PKK mengumumkan bahwa salah satu serangan itu membunuh pemimpin senior PKK Diyar Gharib Mohammed bersama dengan dua pejuang lainnya. Seorang juru bicara cabang bersenjata PKK membantah kelompok itu terlibat dalam penembakan mematikan pada Rabu.