REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Agama mengajak para santri tidak menghindar internet dan media sosial tetapi memanfaatkannya untuk kebaikan. Menanggapi hal tersebut, Pimpinan Pondok Pesantren Darunnajah, KH Sofwan Manaf mengatakan bahwa sejauh ini tidak ada pesantren yang menghindari internet tapi pesantren mengelola penggunaan internet agar lebih positif.
KH Sofwan menjelaskan, internet sebagai sarana untuk mendapatkan informasi bagus. Tapi di pondok pesantren ada larangan menggunakan handphone dan pembatasan penggunaan internet. Sebab internet seperti pisau bermata dua, ada kebaikan dan keburukan.
"Di pesantren anak-anak santri fokus melakukan kegiatan, akan lebih bagus (para santri) dari umur 11 tahun sampai 18 tahun (untuk melakukan) kegiatan outdoor (luar ruangan)," kata KH Sofwan kepada Republika, Jumat (19/7).
Menurutnya, biasanya penggunaan internet dilakukan di dalam ruangan sehingga anak-anak lebih banyak berkutat di dunia maya. Jika terlalu lama berkutat di dalam ruangan dan kurang kegiatan di luar, maka tidak akan terbentuk kepribadian, kejiwaan, mental dan kemampuan berorganisasi serta bersosialnya.
Oleh karena itu Pesantren Darunnajah membatasi penggunaan internet. Para santri lebih banyak melakukan kegiatan di luar ruangan. Sebab mereka membutuhkan kegiatan fisik, pengalaman berorganisasi dan bersosial. Insya Allah tanpa internet para santri tidak akan bodoh, justru mereka akan lebih pintar.
"Tapi internet untuk kegiatan belajar dilakukan juga di Darunnajah, guru-guru dengan sarana internet dan media segala macam tak ada masalah, tapi memang penggunaan internet bagi santri itu kita batasi karena santri lebih fokus untuk kegiatan di luar ruangan," ujarnya.
Ia menjelaskan, kegiatan di luar ruangan lebih dibutuhkan oleh santri berusia 11 tahun sampai 18 tahun. Seperti kegiatan olahraga, seni, pramuka dan segala macam kegiatan di luar ruangan. "Itu yang kita perbanyak kegiatan-kegiatan itu," ujarnya.